Bisnis.com, JAKARTA – Industri dana pensiun mulai menarik diri dari investasi saham seiring dengan melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) imbas konflik Timur Tengah yang kian panas usai Amerika Serikat (AS) meramaikan perang Iran-Israel.
Dalam sepekan yang lalu, 16-20 Juni 2025 IHSG mengalami kontraksi 3,61% yang diikuti dengan aksi jual bersih investor asing senilai Rp4,51 triliun.
Humas Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Syarifudin Yunus menjelaskan arah investasi industri dana pensiun menghadapi tantangan pasar saham yang bergejolak di tengah memanasnya konflik global.
"Investasi di dana pensiun berbasis prinsip kehati-hatian [prudent rule], kesesuaian dengan kewajiban [asset-liability matching] dan kepatuhan pada regulasi agar tidak mengurangi manfaat pensiun yang harus diterima peserta," ujar Syarif kepada Bisnis, Senin (23/5/2025).
Melihat apa yang terjadi di industri dana pensiun, statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penempatan investasi pada saham oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja Program Pensiun Manfaat Pasti (DPPK PPMP) dalam kuartal I/2025 terkoreksi 20,45% year on year (YoY) menjadi Rp14,38 triliun.
Untuk penempatan investasi saham oleh DPPK Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) dalam kuartal I/2025 mengalami koreksi 14,12% YoY menjadi Rp5,61 triliun. Kemudian untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) juga mengalami koreksi 23,27% YoY menjadi tersisa Rp2,17 triliun.
Baca Juga
Bila merunut tren bulanan, ketiga tipe dana pensiun tersebut dalam periode Januari dan Februari juga mengalami koreksi investasi saham secara tahunan, bahkan koreksinya semakin besar dari bulan ke bulan.
ADPI memperkirakan tren dana pensiun mulai meninggalkan investasi pada saham akan terus berlanjut sepanjang tahun. "Dengan kondisi ekonomi global saat ini sepertinya iya, tentu dana pensiun harus menjaga keamanan untuk jangka panjang saat manfaat dibayarkan," tegas Syarif.
IHSG memang tertekan oleh adanya sentimen konflik global. Namun, beberapa sektor saham seperti emiten minyak dan gas (migas) justru menguat seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia akibat perang.
Fenomena tersebut terpotret pada pergerakan pasar pada Senin (16/6/2025) pekan lalu, di mana harga saham deretan emiten migas seperti PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) dan PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) melonjak seiring dengan kenaikan harga minyak dunia saat terjadi konflik antara Iran dan Israel.
Disinggung ihwal bagaimana industri dana pensiun memanfaatkan momentum perang pada deretan emiten saham migas tersebut, Syarif menegaskan bahwa sejauh masih di instrumen investasi saham, dana pensiun akan tetap berhati-hati dan melihat kondisi dan proyeksi ke depan.
"Prinsipnya dana pensiun fokus untuk memastikan bahwa dana tersedia untuk memenuhi kewajiban jangka panjang terhadap para pesertanya. Oleh karena itu, pengelolaan investasi dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan orientasi jangka panjang," pungkasnya.