Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengumumkan rencana melakukan audit atau laporan keuangan yang telah ditelaah secara terbatas oleh akutan publik untuk periode Juni 2025.
Hal tersebut disampaikan dalam keterbukaan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (26/6/2025). "Bersama ini kami sampaikan bahwa akan dilakukan audit atas Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. untuk periode Juni tahun 2025," tulis manajemen BMRI.
Perseroan juga menyampaikan alasan audit laporan keuangan tersebut yaitu sehubungan dengan adanya rencana aksi korporasi, yaitu penerbitan obligasi rupiah.
Dengan rencana tersebut, laporan keuangan konsolidasi Bank Mandiri periode Juni 2025 akan disampaikan ke BEI dan kepada publik paling lambat tiga bulan setelah tanggal laporan keuangan. Hal ini berdasarkan ketentuan Butir III.1.1.5.1 Peraturan I-E.
Sebelumnya, Bank Mandiri telah menerbitkan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap II Tahun 2025 senilai Rp5 triliun pada 18 Maret 2025 hingga 20 Maret 2025.
Setelah dikurangi biaya emisi, seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran ini akan digunakan untuk pembiayaan maupun pembiayaan ulang atas kegiatan dalam kategori Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) yang diatur Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca Juga
Terpisah, terkait dengan rencana penerbitan surat utang ke depan, Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara mengatakan untuk menjaga likuiditas dan memperkuat struktur pendanaan, Bank Mandiri pada Maret 2025 telah menerbitkan Global Bond senilai US$800 juta dan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan Tahap II senilai Rp5 triliun.
"Ke depan, Bank Mandiri akan terus menjaga likuiditas secara prudent dan fleksibel sesuai dengan dinamika pasar dan kondisi likuiditas industri," kata Ashidiq kepada Bisnis, Senin (26/5/2025).
Namun dirinya tidak menyampaikan apakah Bank Mandiri berencana mencari pendanaan lewat obligasi maupun yang lainnya. Ashidiq turut menyampaikan bahwa saat ini likuiditas Bank Mandiri tetap berada di level solid yang tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) secara konsolidasi sebesar 11,2% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Dia membeberkan bahwa pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan dana murah mencapai 8,89% YoY dengan komposisi dana murah secara bank only mencapai 77,1%.