Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa keuangan (OJK) mencatat premi asuransi jiwa per Juni 2025 sebesar Rp87,48 triliun. Nilai ini terkontraksi sebesar 0,57% secara tahunan atau Year on Year (YoY). Kondisi ini dinilai berkaitan dengan tantangan yang dihadapi perusahaan asuransi saat ini.
Direktur Allianz Life Indonesia Hasinah Jusuf membeberkan bahwa perusahaan asuransi jiwa di Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan signifikan.
“Salah satu tantangan utama adalah kesadaran dan edukasi nasabah yang masih relatif rendah, sehingga penetrasi asuransi jiwa belum optimal,” katanya kepada Bisnis, dikutip Jumat (8/8/2025).
Kemudian, lanjutnya, perubahan perilaku dan ekspektasi nasabah menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan asuransi untuk terus memantau dan memahami dinamika pasar, untuk menghadirkan produk-produk yang memang dibutuhkan masyarakat.
Tak sampai di situ, Hasinah berujar kondisi dan dinamika ekonomi makro yang ada di Indonesia turut memengaruhi kemampuan nasabah dalam membeli produk atau membayar premi. Kondisi ini pun sekaligus berdampak pada hasil investasi perusahaan asuransi.
Hasinah mengemukakan untuk mendorong pertumbuhan premi asuransi jiwa ke depannya, perusahaan asuransi perlu mencari cara untuk meningkatkan edukasi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan asuransi.
Baca Juga
“Kemudian, mengembangkan produk yang inovatif dan sesuai kebutuhan nasabah, serta mengoptimalkan transformasi digital untuk memberikan layanan yang lebih cepat, mudah, dan transparan,” urainya.
Selain itu, dia menyarankan agar perusahaan asuransi dapat memperkuat saluran distribusi dan fokus pada pengalaman nasabah. Karena ini kunci untuk membangun loyalitas dan memperluas pangsa pasar.
“Pengelolaan risiko investasi yang adaptif juga penting agar perusahaan tetap mampu menghasilkan imbal hasil yang stabil di tengah ketidakpastian ekonomi,” ucapnya.
Meski demikian, Hasinah mengungkapkan bahwa pendapatan premi Allianz Life per Juni 2025 tercatat tumbuh 4% YoY atau setara dengan Rp8,2 triliun. Pertumbuhan ini selaras dengan strateginya dalam memperkuat jaringan bisnis dan menjangkau berbagai segmen pasar.
Sependapat dengan Hasinah, pengamat asuransi Dedy Kristianto juga berpendapat bahwa dinamika ekonomi makro yang ada sangat memengaruhi kinerja industri asuransi.
“Dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi di bawah target yang menyebabkan juga daya beli masyarakat menurun terlebih pada masyarakat menengah maka industri asuransi mengalami dampak yang cukup besar,” katanya kepada Bisnis, dikutip Jumat (8/8/2025).
Pasalnya, tutur Dedy, masyarakat akan lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan pokok dibandingkan pembelian asuransi.