Bisnis.com, JAKARTA - Profitabilitas perbankan nasional terancam semakin melambat setelah kenaikan BI Rate menjadi 7% yang mengakibatkan tergerusnya margin bunga bersih dan menurunnya ekspansi kredit
Bien Subiantoro, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk, mengatakan kenaikan BI Rate akan ditransmisikan lebih dulu kepada bunga dana, terutama deposito dibandingkan dengan bunga kredit. “Sehingga net interest margin [NIM] akan turun,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (1/9/2013).
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri Budi G. Sadikin mengakui penurunan NIM sulit dihindari pada tahun ini. Namun, bank terbesar di Indonesia dari sisi aset ini terbantu oleh kenaikan yield Surat Perbendaharaan Negara tenor 3 bulan yang menjadi acuan bunga obligasi rekapitalisasi.
“Bank Mandiri kebetulan memiliki obligasi rekap sekitar Rp70 triliun yang yield-nya naik. Jadi NIM agak terbantu,” ujarnya. Ahmad Baiquni, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, mengatakan perseroan akan menjaga agar NIM tidak turun selama tahun ini, meskipun bunga deposito akan naik terlebih dulu dibandingkan dengan kredit.
Strateginya dengan menggandalkan ekses likuiditas yang selama ini disimpan di Bank Indonesia (BI) untuk membiayai ekspansi kredit.
“Pada semester I, giro wajib minimum kami cukup tinggi di BI dan itu bunganya lebih rendah dari kredit. Pada semester II akan kami optimalkan dana tersebut untuk kredit,” ujarnya.
Kinerja perbankan nasional dalam pertumbuhan laba sebenarnya sudah melambat pada periode Januari-Juni 2013, seiring dengan melambatnya kredit. Laba bersih perbankan nasional hanya meningkat 11,79% menjadi Rp51,12 triliun pada semester I/2013.
Selengkapnya baca: http://epaper.bisnis.com/index.php/ePreview?IdCateg=201309031820#