Bisnis.com, JAKARTA - Bank of China dan Hong Leong Bank asal Malaysia dipastikan menjadi salah satu dari 11 daftar peminat yang akan membeli PT Bank Mutiara Tbk.
Dikutip dari Reuters, Rabu (21/5/2014), disebutkan berdasarkan sejumlah sumber yang enggan disebutkan namanya, kedua investor asing telah mendaftarkan minatnya kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Sumber tersebut masih enggan mengungkapkan secara rinci karena penjualan eks Bank Century itu masih tertutup. Dia menuturkan minat kedua investor asing terhadap bank yang kini sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah tersebut pada Selasa (20/5/2014).
Bank Rakyat Indonesia sebelumnya telah menyampaikan penawaran terhadap pembelian Bank Mutiara seperti diungkapkan Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni.
Poltak L. Tobing, Ahli Kebijakan Strategis dan Penanganan Bank LPS, menolak untuk menyebutkan 11 penawar yang telah terpilih.
Bank Mutiara ditawarkan kepada investor untuk memiliki 100% saham bank yang kini dimiliki pemerintah yang merupakan negara dengan pemberi kredit dan perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Margin bunga bersih yang lebih tinggi dan pertumbuhan kredit yang lebih kuat pada bank-bank di Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga telah menarik sejumlah investor asing untuk menanamkan modalnya.
Bank Mutiara diperkirakan bernilai US$300 juta, atau lebih rendah dari pengucuran bailout pemerintah senilai Rp6,7 triliun atau US$593,3 juta pada 2008. Bank yang sebelumnya bernama Century itu diselamatkan yang merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mencegah krisis dalam sistem perbankan sebagai dampak dari krisis keuangan global.
Pemerintah mengatakan perusahaan yang memenuhi syarat dapat memngajukan penawaran Bank Mutiara pada awal Juni. Para Pejabat Bank of China hingga kini belum bersedia untuk berkomentar. Begitu pula Hong Leong Bank karena proses masih tertutup.
Bankir menuturkan pemerintah dapat menjual 100% saham Bank Mutiara karena proses bailout. Dua tahun silam, Bank Indonesia memberikan batasan 40% kepemilikan tunggal di bank dalam negeri.
Pembatasan itu memaksa DBS Group Holdings asal Singapura membatalkan rencana pembelian saham PT bank Danamon Indonesia Tbk. tahun lalu. Aturan itu juga menghentikan rencana penjualan beberapa unit bank di Indonesia kepada bank asing.
BI menuturkan akhir tahun lalu bahwa total kredit akan tumbuh antara 15,3% dan 16,6% pada tahun ini. Target tersebut lebih lambat dari perkiraan awal sebesar 20% karena terjadi perlambatan perekonomian.
Moody's Investors Service menuturkan pada awal Februari bahwa perbankan di Indonesia akan terus membukukan fundamental keuangan yang kuat. Termasuk keuntungan yang tinggi dan tingkat modal yang baik meskipun perlambatan ekonomi akan menekan pada kualitas aset perbankan.