Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Mandiri (BSM) tengah merencanakan mengubah metode bisnis pembiayaan untuk lebih fokus pada sektor ritel.
Direktur Keuangan dan Strategi Agus Dwi Handaya mengungkapkan pada 2014, skema penyaluran fungsi intermediasi terdiri dari 44% korporasi dan 56% ritel, ke depannya akan 75% ritel dan 25% korporasi.
"Kalau penyaluran pembiayaan pada segmen korporasi, kami masih membutuhkan bantuan dari induk, Bank Mandiri untuk menganalisis," ucapnya saat kunjungan ke redaksi Bisnis Indonesia, Senin (23/2/2015).
Dia mengungkapkan BSM menjadi bank syariah pertama yang bekerja sama dengan pemerintah dalam penyaluran gaji pegawai negeri sipil (PNS). Menurutnya, kesempatan tersebut bakal menjadi peluang penyaluran pembiayaan yang berkualitas.
Melalui peluang tersebut, BSM berencana mempromosikan produk-produk yang dimiliki kepada PNS seperti pembiayaan cicilan emas, rumah untuk menggenjot bisnis ritel.
Dalam laporan publikasi yang disampaikan BSM kepada Bank Indonesia, total piutang murabaha perseroan mencapai Rp33,7 triliun, istishna Rp38,27 miliar dan qardh mencapai Rp3,66 triliun.
Sementara itu, dana simpanan wadiah dan mudharabah masing-masing mencapai Rp6,88 triliun dan Rp52,39 triliun. Target lain perseroan dalam 3 tahun ke depan yakni menggenjot aset hingga Rp100 triliun. Hingga 2014, aset BSM mencapai Rp66,94 triliun, hanya tumbuh sekitar 4,3% secara year on year dari posisi Rp64,13 triliun.
Handaya mengungkapkan pada tahun ini, perseroan akan menggejot pertumbuhan di 15%-17% sejalan dengan regulasi pengawas perbankan. Pada 2017, BSM menargetkan pun return on equity (ROE) mencapai 16%--18%.
Laporan publikasi BI yang disampaikan oleh BSM juga membeberkan bahwa perseroan mencatatkan laba yang anjlok cukup dalam. Laporan menyebutkan pada 2014, laba BSM hanya Rp71,77 miliar, dari posisi Rp810,7 miliar pada 2013.
Pada tahun ini, BSM juga menargetkan naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3, sebab modal inti perseroan mencapai Rp4,72 triliun. Handaya optimis target tersebut dapat terealisasi pada tahun ini. Dalam regulasi, bank kategori BUKU 3, bila memiliki modal Rp5 triliun--Rp30 triliun.
BSM sedang berbenah untuk menjaga kualitas aset. Sepanjang tahun ini, perseroan akan lebih ketat untuk menjaga kualitas pembiayaan. Handaya menuturkan akan menjaga non performing financing (NPF) gross di kisaran 5% pada tahun ini.[]