Bisnis.com, JAKARTA—Komposisi kontribusi dalam pendapatan berbasis komisi atau fee based income di perbankan bakal bergeser setelah produk digital banking semakin digiatkan.
Kontribusi dari biaya administrasi atas pengelolaan dana dan kredit yang selama ini menempati posisi tertinggi bisa terkalahkan oleh transaksi digital banking yang akan terus meningkat. Apalagi, aktivitas manusia akan semakin bergantung pada berbagai produk digital yang terus berkembang.
Direktur Utama PT Bank MNC International Tbk. Benny Purnomo mengatakan selama ini komposisi fee based income perseroan berasal dari transaksi foreign exchange (forex) dengan porsi 40%—50%, biaya administrasi bulanan 30%—40%, serta 10%—15% sisanya dari transaksi lainnya, seperti pengiriman uang dan lain-lain.
Namun, lanjut Benny, komposisi ini bakal berubah setelah perseroan meluncurkan produk mobile banking-nya kepada publik pada semester II/2016. Menurutnya, fee based income perseroan bakal terkontribusi besar dari transaksi digital setelah produk ini mulai berjalan.
“Pasti transaksi ke depannya ke digital banking yang lebih tinggi. Februari ini kami sudah uji coba ke karyawan, sudah dapat izin dari OJK Desember kemarin,” katanya di Jakarta, baru-baru ini.
Dengan peluncuran mobile banking-nya ini, kata Benny, diharapkan komposisi fee based income menjadi 50% dari transaksi digital banking dan 50% sisanya dari forex. Sementara itu administrasi bulanan dari pengelolaan dana berpotensi untuk dibebaskan dari biaya.
“Ada timbal balik, ketika transaksi naik ada potensi income dari administrasi yang kita bisa jadikan gimmick untuk gratis,” ujarnya.
Adapun tahun ini, perusahaan milik taipan Hary Tanoesoedibjo itu menargetkan fee based income dapat mencapai Rp50 miliar—Rp60 miliar.
Sementara itu kontribusi fee based income terhadap total pendapatan diharapkan mencapai 10%. Saat ini, kontribusi fee based income terhadap total pendapatan baru mencapai 8%.
Senada MNC Bank, Direktur Keuangan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Iman Nugroho Soeko pernah mengatakan perseroan juga berupaya meningkatkan fee based income melalui pengembangan digital banking. Bahkan, ke depan, digital banking didorong untuk dapat menjadi faktor dominan dalam fee based income perseroan.
Iman menambahkan selama ini fee based income perseroan berasal dari transaksi ATM, treasury, layanan sekuritisasi, pengelolaan tabungan, dan kredit pemilikan rumah (KPR). Sejauh ini, pendapatan komisi paling dominan berasal dari pengelolaan tabungan dan KPR.
Selain dari digital banking yang memang tengah digencarkan, fee based income dari transaksi juga bakal terdorong dengan sinergi ATM Himbara sebab jumlah transaksi ATM perseroan dapat bertambah signifikan.
Pasalnya, nasabah dapat memperoleh kemudahan untuk melakukan transaksi hingga di 50.000 ATM yang telah bersinergi antar bank pelat merah itu. Sementara saat ini, BTN masih tercatat memiliki 1.830 unit ATM di seluruh Indonesia.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pun meyakini pertumbuhan fee based income tahun ini bakal terdorong dari biaya transaksi dengan pengembangan berbagai program digital banking-nya.
“Apalagi e-channel, sekarang bergeser dari cabang ke ATM dan EDC. Lalu sekarang juga mulai ke mobile banking yang besar transaksinya,” kata Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri.
Selain dari mobile banking, Kartika mengatakan pertumbuhan fee based income dari transaksi juga bakal tumbuh signifikan dengan adanya integrasi ATM Himbara.
Menurutnya, dengan ATM Himbara, nilai biaya per transaksi memang bakal menurun, tetapi volume transaksi justru bakal meningkat serta didukung dengan biaya investasi yang dikeluarkan setiap bank BUMN untuk switching ATM tersebut mulai berkurang.
Adapun saat ini, lanjut Kartika, fee based income perseroan mayoritas berasal dari biaya administrasi pengelolaan dana dan kredit serta transaksi.
Dari presentasi kinerja perseroan, selama tiga bulan dalam periode kuartal III/2015, perseroan membukukan fee based income senilai Rp2,55 triliun atau naik 12,9% secara year on year (y-o-y) dari Rp2,26 triliun.
Sementara itu sepanjang 9 bulan tahun lalu, fee based income perseroan tercatat senilai Rp7,57 triliun atau naik 14,8% secara y-o-y dari Rp6,59 triliun. Dari perolehan fee based income sepanjang kuartal III/2015, sebesar 31,62% berasal dari biaya administrasi.