Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mungkinkah Bank Membiayai Start Up?

Perbankan kini mulai terbiasa membiayai perusahaan start up, hal yang tak mungkin dilakukan belasan tahun silam.
Ilustrasi/www.gsb.stanford.edu
Ilustrasi/www.gsb.stanford.edu

Bisnis.com, JAKARTA - Kalau judul di atas diajukan ke bank belasan tahun silam, jawabannya jelas tidak. Bank dan usaha rintisan alias start up bak dua kutub bumi. Boleh dikata hampir tak dapat bertemu.

Bank adalah lembaga intermediasi yang amat menjunjung tinggi asas kehati-hatian. Sementara start up adalah usaha ringkih yang penuh risiko. Maka wajar rasanya kalau bank berpikir ribuan kali untuk memberikan bantuan pembiayaan.

Namun itu dulu. Seiring berjalannya waktu, start up semakin bersinar. Hal ini tak lepas dari kemajuan teknologi informasi. Malah belakangan, istilah start up lebih lekat dengan perusahaan berbasis digital.

Masalah besar yang menjadi jurang pemisah antara bank dan start up adalah kepastian bisnis. Bank ingin usaha yang dibiayai mampu mengembalikan pinjamannya disamping punya aset yang bisa dijadikan jaminan.

"Namun bagi usaha yang baru tetapi hasilnya sudah mulai terlihat, bisa. Dengan syarat punya laporan keuangan yang baik," katanya.

Namun bukan berarti BNI menganggap enteng start up. Malah sebaliknya. Arif menuturkan kalau mimpi BNI untuk membiayai start up itu ada.

Apalagi beberapa waktu lalu pemerintah sempat mengeluarkan wacana ingin memberikan bantuan modal kepada start up lewat skema kredit usaha rakyat (KUR). Kebetulan, BNI adalah salah satu penyalur KUR.

Hanya saja, kata Arif, pemerintah harus menyesuaikan skema bantuannya mengingat KUR tergolong kredit dengan risiko besar. Dia menyarankan modelnya bukan pembiayaan tapi penyertaan modal.

Sebagai tahap awal, BNI menyalurkan kredit ke usaha kecil lewat kerja sama dengan perusahaan penjualan online (e-commerce). Alasannya, sebagian besar penjual atau tenant online di e-commerceadalah pengusaha individu baru atau bisa dibilang start up.

Lewat kerja sama ini BNI tetap dapat mengedepankan prinsip kehati-hatian. Caranya dengan meminta laporan berdasarkan track record tenant tersebut dari e-commerce seperti volume penjualan dan prospek usahanya.

Bank lain yang juga getol mendukung start up adalah PT Bank DBS Indonesia. Bank asal Singapura ini punya cara unik. Mereka tidak langsung memberikan kredit kepada pengusaha baru. Namun pengusaha pemula tersebut dibina terlebih dahulu lewat program corporate social responsibilty (CSR).

DBS juga menyediakan platform agar pebisnis start up bisa saling berinteraksi satu sama lain. Disamping itu juga diberikan advice dan akses ke ahli guna berkonsultasi terkait usaha mereka.

"Dari usaha tersebut bila sudah ada yang layak alias bankable baru ditawarkan kredit. Jenis kreditnya antara lain modal kerja dan kredit berjangka," kata Winarti, Senior Vice President Institutional Banking Group DBS.

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang punya tugas mengembangkan pelaku usaha kreatif pun tak tinggal diam. Restog K. Kusuma, Direktur Akses Perbankan Bekraf mengatakan pihaknya tengah menyusun platform untuk pelaporan struktur biaya yang disyaratkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM sebagai pelaksana program KUR.

Platform tersebut akan jadi solusi bagi pelaku usaha termasuk start up agar punya laporan keuangan yang bankable. Pasalnya, selama ini pengusaha pemula terkendala oleh laporan keuangan dan kalkulasi nilai asetnya.

"Pengusaha industri kreatif kan asetnya adalah ide. Nah, Bekraf akan membantu menghitung nilai dari ide usaha dan equipment yang dimiliki usaha tersebut," jelasnya.

Dengan berbagai kemajuan tersebut, titik temu antara bank dan start up tampaknya semakin dekat. Ide yang dahulu tampak mustahil ini kini menjadi mungkin.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Abdul Rahman

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper