Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KEUANGAN SYARIAH: Jika Ingin Mendunia, Harus Bersinergi!

Menumbuhkan industri keuangan syariah di Tanah Air menjadi ambisi pemerintah mengingat potensi Indonesia sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia.
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Ketiga RI BJ Habibie, disaksikan Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah), Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kedua kiri), dan Menko Perekonomian Darmin Nasution saat peluncuran Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dan peresmian pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) di Istana Negara, Jakarta, Kamis (27/7)./ANTARA-Rosa Panggabean
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Ketiga RI BJ Habibie, disaksikan Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah), Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kedua kiri), dan Menko Perekonomian Darmin Nasution saat peluncuran Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dan peresmian pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) di Istana Negara, Jakarta, Kamis (27/7)./ANTARA-Rosa Panggabean

Bisnis.com, JAKARTA - Menumbuhkan industri keuangan syariah di Tanah Air menjadi ambisi pemerintah mengingat potensi Indonesia sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia. Berbagai upaya pun telah dilakukan tetapi belum berdampak signifikan.

Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Bambang Brodjonegoro tidak menampik jika kondisi keuangan syariah nasional saat ini belum mencerminkan potensi Indonesia yang sesungguhnya. Menurutnya, sinergi dari sisi regulasi dan pelaku usaha sangat penting mengingat selama ini masih berjalan sendiri-sendiri.

Menurutnya, meskipun semua orang bilang potensinya sangat besar karena jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, cara melakukannya lebih banyak sendiri-sendiri, tidak terkoordinasi dan tidak jelas visinya.

“Oleh karena itu, akhirnya, apa yang sudah kita capai selama ini belum menunjukkan potensi Indonesia yang sebenarnya,” ujar Bambang kepada Bisnis.

Sekretaris Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) ini melanjutkan kehadiran KNKS harus bisa menjawab tantangan besar pengembangan industri keuangan syariah di Tanah Air. Salah satunya adalah menjembatani ketimpangan antara keuangan syariah, konvensional, dan ketimpangan pendapatan masyarakat.

Bambang menjelaskan indutri jasa keuangan merupakan mitra pelaku usaha. Jika pelaku usaha berkembang, ini akan berdampak pada sektor jasa keuangan. Untuk itu, skala usaha yang terkait dengan pembiayaan syariah harus diperbesar sambil terus meningkatkan koordinasi antara regulator dan pelaku usaha.

Dia mencontohkan, sejauh ini bank syariah yang terbesar hanya berada pada kategori BUKU II sedangkan beberapa bank konvensional sudah masuk kategori BUKU IV. Meningkatkan kapasitas bank syariah hanya mungkin jika kegitan usaha juga bertumbuh.

Bambang menyebutkan, sedikitnya terdapat dua peluang yang harus diperkuat yakni kegiatan usaha dan meningkatkan jumlah wirausaha muslim.

Untuk sektor usaha, pemerintah telah menyiapakan berbagai jenis pendanaan syariah dan berambisi meningkatakan sektor wisata halal (muslim friendly tourism). Sejalan dengan itu, jumlah wirausaha muslim harus terus digalakkan sehingga pembiayaan syariah ikut beriringan.

Menurutnya, upaya bank syariah skala besar harus disertai dengan kegiatan yang memang membutuhkan keuangan atau pembiayaan dari bank ini mengingat kegiatan tersebut dirasa masih kurang.

“Industri halal ini belum terkoordinasi dengan baik dan industri-industri lain yang punya potensi, itu juga sudah ada tapi belum diperkuat,” paparnya.

Adapun, data Otoritas Jasa Keuangan mencatat hingga Maret, pangsa pasar keuangan syariah secara keseluruhan berkisar 5%. Namun, jika dilihat dari setiap jenis produk syariah, hingga triwulan I/ 2017, terdapat beberapa produk syariah yang memiliki pangsa di atas 5%.

Beberapa di antaranya seperti aset perbankan syariah sebesar 5,29% dari total aset perbankan, sukuk negara 16,45% dari total surat berharga negara yang beredar. Selain itu, lembaga pembiayaan syariah sebesar 7,27% dari total pembiayaan, lembaga jasa keuangan khusus sebesar 10,11%, dan lembaga keuangan mikrosyariah sebesar 23,72%.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bisnis Indonesia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper