Bisnis.com, BOGOR—Mungkin tidak banyak orang tahu bahwa di salah satu bagian wilayah Bogor, Jawa Barat, pernah terhampar perkebunan pala yang cukup luas.
Tepatnya di Kelurahan Loji, Bogor Barat, perkebunan pala sempat menjadi tumpuan utama perekonomian warga. Namun perkebunan itu terus menyusut dan bahkan menghilang sejak periode 1980-an.
PT Bank Syariah Mandiri, melalui Laznas BSM Umat, berupaya menghidupkan kembali kejayaan para petani pala di Bogor Barat, dimulai dari Kelurahan Loji yang kini disebut dengan Kampung Pala.
Secara simbolis, peresmian kampung tersebut dilakukan oleh Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto, disaksikan oleh Putu Rahwidhiyasa selaku Direktur Risk, Management and Compliance PT Bank Syariah Mandiri dan Direktur Eksekutif Laznas BSM Umat Rizqi Okto Priansyah.
“Ini saatnya kolaborasi antara pemerintah kota dengan swasta secara lebih kencang ke depan. Kita akan menghidupkan yang sudah mati di sini [Kampung Pala di Kelurahan Loji],” ucap Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto, di Bogor, Senin (12/2/2018).
Sebelum inisiatif pembukaan kembali perkebunan pala dimulai, sebelumnya telah ada bisnis pengolahan pala yang beroperasi di daerah tersebut.
Bisnis pengolahan buah pala menjadi minuman kesehatan di kampung tersebut dijalankan CV Loji Laju Inovasi. Sang Direktur Wiwik Puntorini bercerita bahwa pendampingan yang dilakukan BSM kepada Kampung Pala berawal dari semacam kompetisi kewirausahaan yang pernah digelar bekerja sama dengan IPB.
“Melalui Laznas BSM Umat dan IPB diadakan kompetisi untuk UMKM. Akhirnya produk kami, Palaboo, terpilih untuk mendapatkan dana dari Mandiri Syariah dan Laznas,” ucapnya.
Wiwik mengutarakan keterangan senada dengan walikota bahwa yang hendak dilakukan CV Loji Laju Inovasi adalah menghidupkan kembali kampungnya sebagai sentra produksi hingga pengolahan buah pala. Perkebunan pala menghilang dari wilayahnya sejak 1980-an.
CV yang dipimpinnya setiap bulan kini menghasilkan sekitar 5.000 botol minuman bermerek Palaboo dengan harga jual antara Rp10.000 – Rp11.000. Sejauh ini, pengolahan yang dilakukan baru sebatas pada tingkat hilir mengingat suplai buah pala masih didatangkan dari daerah lain.
BSM, anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., melalui Laznas BSM Umat meresmikan Kampung Pala di Kelurahan Loji, Bogor Barat pada 12 Februari 2018. Di kampung ini secara bertahap akan ditanami kembali sekitar 3.000 bibit pohon pala.
Bibit tersebut baru dapat dipetik hasilnya diperkirakan dalam tiga tahun mendatang. Dengan kata lain baru mulai 2021, Kampung Pala dapat menjalankan kegiatan pengolahan pala dari hulu hingga ke hilir.
Saat ini, PT Bank Syariah Mandiri melalui Laznas BSM Umat sedang terjun langsung mendampingi pelaku usaha mikro dan kecil di Kampung Pala guna meningkatkan kapasitas bisnis mereka. Tujuannya agar para pebisnis UMKM ini bisa diproses oleh bank alias bankable.
Direktur Eksekutif Laznas BSM Umat Rizqi Okto Priansyah menyebutkan, kini pihaknya sedang fokus mendampingi pelaku UMKM di Kelurahan Loji, Bogor Barat supaya size bisnis mereka terus berkembang. Pebisnis mikro dan kecil yang tengah dimonitor tersebut sekarang belum bankable.
“Kami melakukan pemberian pelatihan dan bagaimana mengatur usaha agar berjalan lebih baik. Pendampingan ini kami lakukan setidaknya selama setahun hingga dua tahun, diharapkan dalam waktu lebih cepat mereka sudah lebih mandiri,” ucapnya.
Mandiri Syariah hendak mendampingi sedikitnya sepuluh kelompok UMKM unbankable supaya menjadi bankable, sehingga kelak dapat ditarik menjadi nasabah perseroan. Rizqi menturukan, pada tahap awal pihaknya fokus di Pulau Jawa terutama Provinsi Jawa Barat tepatnya di wilayah Bogor. Saat ini, baru terdapat sekitar tiga kelompok usaha mikro dan kecil yang didampingi.
“Pelaku usaha mikro dan kecil ini turut didanai, yakni berasal dari dana hibah Mandiri Syariah, maupun zakat dan shadaqah yang dihimpun kami. Kalau yang ada dampaknya langsung kepada kaum dhuafa, itu dibiayai dari zakat,” kata dia.
Rizqi menjelaskan bahwa dana yang dialokasikan BSM berkolaborasi dengan Laznas BSM Umat kepada pelaku UMKM bervariasi tergantung skala bisnis. Tapi, secara umum modal kerja yang disalurkan berkisar antara Rp50 juta – Rp200 juta.
Menghidupkan kembali yang sempat mati? Terdengar seperti misi yang tidak mudah. Kita tunggu saja tiga tahun lagi.