Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Mandiri (BSM) Area Jambi memutuskan untuk menggenjot bisnis bank kepada segmen nasabah ritel karena dinilai masih potensial di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
Area Manager BSM Jambi Kemas Erwan Husainy mengatakan, untuk mendukung penumbuhan ke segmen ritel, Mandiri Syariah Jambi menyiapkan strategi di antaranya bekerja sama dengan institusi pemerintah, pendidikan, dan kesehatan.
"Strategi tersebut mulai membuahkan hasil," ujarnya sebagaimana dikutip dari keterangan resmi, Rabu (4/4/2018).
Sepanjang kuartal I/2018, BSM Jambi mencatatkan pertumbuhan positif dari sisi pembiayaan. Sepanjang periode Januari-Maret 2018, pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp1,42 triliun, tumbuh 4,5% dibandingkan dengan posisi pada akhir 2017 (year to date/ytd) senilai Rp1,36 triliun.
Dari total pembiayaan tersebut, persentase terbesar terdapat pada segmen konsumer dan haji dengan pertumbuhan 6,22% secara ytd dari Rp1,01 pada akhir tahun lalu menjadi Rp1,07 atau meningkat Rp62 miliar pada kuartal 1/2018.
Kemas menambahkan dalam segmen tersebut, Bank Mandiri Syariah Jambi saat ini mulai memasarkan pembiayaan kendaraan bermotor melalui kerja sama dengan anak usaha Bank Mandiri lainnya yaitu Mandiri Tunas Finance.
Sejalan dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat, Bank Mandiri Syariah Jambi turut berpartisipasi menumbuhkan pembiayaan produktif khususnya di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
‘’Pembiayaan segmen mikro kami tumbuh 0,72% pada kuartal 1 tahun ini. Memang masih kecil pertumbuhannya karena tahun lalu di segmen ini kami masih konsolidasi untuk memperbaiki kualitas,’’ kata Erwan.
Dia mengungkapkan di segmen micro banking, Bank Mandiri Syariah Jambi mengalami pertumbuhan 0,72% secara ytd dalam kurun periode Januari - Maret 2018 dari Rp201 miliar menjadi Rp202 miliar.
Di samping itu, bank juga memasarkan pembiayaan cicil gadai emas yang menunjukkan pertumbuhan cukup baik pada kuartal 1/2017 sebesar 3,46% secara ytd dari Rp41,03 miliar pada akhir tahun lalu menjadi Rp42,45 miliar.
Dari sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun mencapai Rp876 miliar per akhir Maret 2018, tumbuh 17% dibandingkan dengan total DPK pada Desember 2017 sebesar Rp748,82 miliar. Total dana tersebut dihimpun dari 158.332 rekening.