Bisnis.com, JAKARTA—Para kontraktor minyak dan gas bumi yang beroperasi di Indonesia sejauh ini terbiasa untuk tidak mengandalkan dukungan pendanaan dari kalangan perbankan, terutama mereka yang bergerak di sisi hulu.
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip mengatakan, lantaran sukar berharap kepada kalangan perbankan maka kontraktor migas lazimnya mengandalkan dana internal. Opsi lainnya adalah melalui pasar modal dengan menerbitkan obligasi.
Kalaupun sekarang bank-bank besar di dalam negeri lebih terbuka kepada bisnis hulu migas tetap saja keterlibatan mereka terbatas.
Sebagai contoh, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang baru sampai pada peran sebagai trustee dan agen pembayaran kontrak penjualan gas alam cair dan elpiji.
“Itu [Mahakam] sudah jelas dan proven cadangan migasnya. Proses komersialisasinya juga sudah dimulai dan sudah masuk proses hilir. BNI berani masuk karena bukan lagi proses eksplorasi. BNI bisa jadi benchmark bagi bank BUMN lain memang,” ucap Sunarsip kepada Bisnis, Senin (21/5/2018).
Bank pelat merah berlogo 46 tersebut memang menjadi bank BUMN pertama yang menjadi trust, setelah ditunjuk sebagai trustee dan agen pembayaran kontrak penjualan gas alam cair dan elpiji Blok Mahakam di Kalimantan Timur.
Baca Juga
Layanan tersebut dilakukan oleh BNI cabang Singapura. Dengan penunjukkan tersebut, pembayaran dari penjualan kontrak-kontrak gas di Blok Mahakam akan dibayarkan melalui emiten berkode saham BBNI ini. Sebelumnya, transaksi seperti ini dilakukan lewat bank asing.