Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mau Jadi Investor di Fintech Lending? Begini Strateginya Biar Aman

Menjadi investor dalam skema P2P ini tampaknya merupakan pilihan alternatif yang bijaksana, di tengah minimnya bunga deposito yang ditawarkan perbankan. Perencana keuangan OneShildt Budi Raharjo mengatakan tren masa depan adalah transaksi digital melalui berbagai sarana baik situs internet ataupun aplikasi digital, terutama untuk generasi milenial.
Perkembangan industri fintech (financial teknologi) atau teknologi finansi (tekfin) di Indonesia 2016 hingga 2018./Bisnis-Ilham Nesaba
Perkembangan industri fintech (financial teknologi) atau teknologi finansi (tekfin) di Indonesia 2016 hingga 2018./Bisnis-Ilham Nesaba

Bisnis.com, JAKARTA -- Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, perubahan terjadi di berbagai lini kehidupan, termasuk dalam sektor keuangan. Jika sebelumnya masyarakat hanya tahu skema investasi konvensional seperti deposito, reksa dana, saham, emas, atau menaruh uang di bawah bantal, kini variasi investasi jadi lebih beragam

Salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah teknologi finansial (financial technology/ fintech). Kemunculan perusahaan teknologi finansial menjadi tolok ukur metamorfosis ekosistem keuangan dunia.

Tak heran, beragam investasi alternatif pun muncul. Dari berbagai jenis yang hadir, skema investasi alternatif yang paling ramai dibicarakan adalah skema peer to peer lending (P2P)

Menjadi investor dalam skema P2P ini tampaknya merupakan pilihan alternatif yang bijaksana, di tengah minimnya bunga deposito yang ditawarkan perbankan. Perencana keuangan OneShildt Budi Raharjo mengatakan tren masa depan adalah transaksi digital melalui berbagai sarana baik situs internet ataupun aplikasi digital, terutama untuk generasi milenial.

“Bisa jadi fintech lending menjadi favorit karena mudah dipahami, memberikan potensi keuntungan yang menarik serta investasi awal yang tidak terlalu besar,” kata Budi.

Untuk investor besar, lanjut Budi, perlu mengatur strategi supaya dana yang dimiliki lebih tersebar risikonya. Misalnya, dengan memecah dana tersebut tidak hanya untuk satu peminjam, tetapi kepada beberapa peminjam.

Selain itu, biasanya pihak P2P lending sudah membuat mekanisme untuk memberikan peringkat kredit kepada pihak yang akan meminjam. Analisis risiko yang dapat dilakukan seperti mengenali karakter peminjam, kapasitas keuangan, ada atau tidaknya jaminan, besar modal dasar dari peminjam untuk membeli aset yang akan dikredit.

“Kondisi bisnis atau usaha tempat peminjam bekerja dikaitkan dengan kondisi ekonomi saat ini. Analisis ini perlu paling tidak untuk dipelajari oleh investor agar dapat mempertajam intuisi dan dapat mengetahui secara persis tingkat risikonya,” paparnya.

Lebih lanjut ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai seperti keamanan rekening yang rentan diserang peretas, risiko gagal bayar, risiko penipuan karena investor tidak dapat langsung mengetahui dengan pasti bagaimana atau seperti apa pihak peminjam, risiko likuiditas karena dalam fintech lending dana akan dikembalikan mengikuti pembayaran angsuran dari peminjam.

“Sehingga apabila investor membutuhkan dana segera dan mendadak, hal ini tentunya tidak bisa dilakukan,” tambahnya.

Jonathan Bryan, Head of Marketing PT Lunaria Annua Teknologi atau Koinworks, mengatakan dilihat dari keseluruhan portofolio, berinvestasi di P2P akan semakin aman. Investor dapat melakukan mitigasi risiko sendiri menyesuaikan imbal hasil yang diinginkan.

Menurutnya, berinvestasi melalui peer to peer lending memiliki fleksibilitas dan transparansi yang tinggi. “Kalau investasi [lain] itu terkadang imbal hasil yang didapatkan ujung-ujungnya tidak sesuai dengan yang diharapkan atau yang dijanjikan sejak awal. Jadi di P2P imbal hasil dan risiko bisa diatur sendiri,” ujar Bryan.

Selain itu, investor dapat mengakses para peminjam, sehingga dapat memilih peminjam yang masuk dalam kualifikasi. Apabila terjadi gagal bayar, terdapat dana proteksi yang dapat meng-cover, sehingga imbal hasil yang didapat tetap sesuai. “Intinya pada end goal akan tetap untung,” katanya.

Berdasarkan survei yang dilakukan PT Mitrausaha Indonesia Grup atau Modalku menunjukkan hampir 70% dari pemberi pinjaman/investor yang aktif, mereka adalah generasi milenial.

“Hal ini menunjukan daya tarik tekfin [teknologi finansial] bagi generasi muda,” kata Alexander Christian, Digital Marketing Director Modalku.

Guna meningkatkan kepercayaan para investor, lanjutnya, pendanaan Modalku juga mudah disesuaikan dengan preferensi investasi masing-masing. Modalku juga memiliki credit scoring grade untuk memberikan penilaian terhadap pinjaman UMKM berdasarkan tingkat risikonya.

Dengan begitu, investor dapat memilih peminjam sesuai toleransi risiko dengan tingkat pengembalian rata-rata sebesar 10-14% per tahun. Bahkan, ada juga ada juga yang mendapatkan pengembalian hingga 24% dalam satu tahun.

“Kami menganjurkan agar pemberi pinjaman membangun portofolio yang terdiversifikasi agar risiko lebih terkontrol,” jelasnya.

Tak kalah penting, Budi melanjutkan, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan saat berinvestasi melalui fintech lending, mulai dari soal perizinan dan legalitas. Hal ini penting terkait dengan, pertama, apakah tekfin tersebut sudah mendapatkan persetujuan dari lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kedua, mempelajari dan melihat detail informasi mengenai perusahaan yang bersangkutan selayaknya bisnis konvensional, mulai dari domisili, nomor yang dapat dihubungi dan lain sebagainya.

Ketiga, coba diuji juga standar pelayanannya. Misalnya kemampuan customer service dalam melayani keluhan dan pertanyaan awam pelanggan juga perlu diuji. Jangan sampai pihak representatif dari perusahaan itu sendiri pun tidak menguasai produk yang ditawarkannya.

Keempat, pemahaman dari investor sendiri. Ingat, bahwa selain menawarkan imbal hasil, investasi juga mengandung risiko. Selayaknya meminjamkan uang, tentu ada risiko, yang paling sederhana seperti keterlambatan, bahkan yang terburuk adalah risiko gagal bayar. Untuk itu perusahaan  yang menyediakan sarana edukasi investor layak juga dipertimbangkan.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper