Bisnis.com, JAKARTA -- Seluruh dunia mungkin mengetahui karya film Avenger garapan Marvel. Melihat kesuksesan sekarang ini, tentu membuat orang tak percaya bahwa sang CEO Isaac Perlmutter sempat mengalami kerugian besar karena terlilit utang yang menyebabkan usaha perfilman yang dirintisnya bangkrut.
Bangkit dari keterpurukan dan mengembalikan keadaan hingga kini merajai perfilman di dunia, tentu bukanlah usaha dengan waktu yang sebentar dan tenaga yang tidak sedikit. Perlmutter mencari solusi dari titik awal kegagalan hingga membuatnya merugi.
Perlahan namun pasti, dia menemukan letak kesalahan yang menghambat kesuksesan hingga akhirnya mengembalikan Marvel dalam keadaan stabil bahkan meraup untung jauh melebihi harapan.
Kebangkrutan saat menjalankan usaha tentunya bukan sesuatu yang diharapkan namun memang sudah menjadi risiko dalam berbisnis. Jika hal ini terjadi maka apa yang harus dilakukan? Berikut sejumlah langkah yang perlu Anda cermati.
Pertama, perlu sekali menyiapkan mental untuk menerima keadaan dan menenangkan. Mencoba menuliskan kembali hal-hal apa saja yang tersisa dari usaha tersebut dan aset pribadi yang masih bisa dijadikan sumber dana awal untuk meneruskan kehidupan.
“Selain yang sifatnya materiil, juga non materiil misalnya keahlian, ilmu, relasi dan sebagainya, siapa tahu bisa menjadi jalan keluar untuk menjawab persoalan keuangan berikutnya,” jelas perencana keuangan OneShildt Budi Raharjo.
Baca Juga
Kedua, melakukan pengaturan ulang gaya hidup. Misalnya, sebelumnya saat usaha berjalan lancar kita menikmati banyak fasilitas dari hasil usaha dan gaya hidup yang diinginkan. Maka, saat dalam kondisi terpuruk, harus sangat fleksibel dan mengubah gaya hidup seminimal mungkin. Pastikan bahwa pengeluaran dalam kondisi yang terkendali sambil menata ulang pengganti penghasilan setelah bangkrut.
Menurut Budi, hal tersebut dapat dilakukan dengan menghilangkan pengeluaran yang sangat tidak perlu, dan memprioritaskan pengeluaran yang sifatnya kebutuhan atau pengeluaran yang dapat menjadi penghasilan. “Bisa jadi perlu menjual aset untuk sementara agar dapat menjadi modal memulai hidup kembali. Atau dapat juga dengan mencari pekerjaan baru yang sesuai,” katanya.
Ketiga, apabila terdapat utang, maka sebaiknya utang-utang tersebut harus dilunasi dengan aset yang ada terlebih dahulu supaya tidak tercipta kewajiban yang semakin memberatkan arus kas. Selain itu, konsolidasi utang juga dapat dilakukan, namun hal tersebut tidak mudah. Pasalnya, ada beberapa persyaratan sebelum pada akhirnya utang dapat dinegosiasikan baik secara besaran bunga maupun jangka waktunya.
“Cara yang paling baik, ya, sebelum ada masalah utang yang harus dinegosiasikan sebaiknya utang tersebut dilunasi dengan aset yang ada,” jelasnya.
Menurutnya, setiap usaha memiliki siklus, saat memulai usaha hingga bertumbuh, mencapai posisi puncak, kemudian menurun. Hal tersebut terjadi ketika produk yang kita jual sudah tidak lagi diminati pelanggan, atau terdapat produk atas jasa yang lebih murah. Selain itu, kebangkrutan juga bisa terjadi oleh sifat alamiah dari bisnis tersebut yang memiliki siklus bisnis yang pendek.
“Terutama apabila usahanya tergolong yang sifatnya mengikuti tren. Bisa juga karena kesalahan dalam mengelola arus kas usaha, kurangnya persiapan menghadapi persaingan dan perkembangan teknologi. Selain itu juga masalah utang,” kata Budi.
Meskipun berutang dapat menjadi salah satu menambah modal untuk ekspansi usaha, namun apabila gegabah akan menimbulkan masalah. Misalnya, berutang yang tidak menimbulkan efek langsung terhadap peningkatan penghasilan usaha atau menciptakan efisiensi operasional. Akhirnya, utang tersebut membebani cashflow usaha, lebih parah lagi apabila utang tersebut ditutup dengan utang yang lain yang berbunga tinggi.
BRAND BARU
Setali tiga uang, pengamat bisnis dan pemasaran Managing Partner Inventure Yuswohady menuturkan ketika menghadapi kebangkrutan respons cepat yang harus dilakukan adalah mereview permasalahan yang sedang dihadapi, seperti kesalahan strategi atau kesalahan manajemen keuangan, hingga potensi bisnis.
“Karena bisa jadi sudah tidak ada pasarnya, atau bangkrut karena salah strategi keuangan, kecerobohan padahal potensi market masih besar,” kata Yuswohady.
Dalam dunia bisnis, lanjutnya, kunci keberhasilan adalah customer, employee, dan shareholder. Dia mengatakan perusahaan yang mengalami kebangkrutan untuk bisa bangun kembali membutuhkan sumber daya finansial, baik dari pemilik maupun investor dari luar. Meurutnya, perusahaan yang telah bangkrut sulit untuk mendapatkan investor.
“Investor paling berat, karena trauma kebangkrutan, image perusahaan sudah dinilai cela oleh investor. Lebih baik mendirikan brand baru dari nol,” katanya.
Menurutnya, salah satu kunci keberhasilan bangkit dari kebangkrutan adalah 90 hari pertama setelah bangkrut. Hal itu dilakukan untuk menunjukan kembali kepada tiga komponen penting apakah perusahaan masih memiliki value dan revenue untuk tetap menghasilkan keuntungan.
“Karena kalau terlalu lama justru akan turun terus, kalau dalam waktu itu bisa cepat memulihkan kondisi maka ketiganya [customer, employee, dan shareholder] akan bangkit juga, ketiga unsur itu saling mendukung,” katanya.