Bisnis.com, JAKARTA—Utang rumah tangga memiliki korelasi dengan nilai aset pensiun yang dikumpulkan. Pertumbuhan utang rumah tangga di negara berkembang dan maju berbanding lurus dengan aset dana pensiun.
Melbourne Mercer Global Pension Index (MMGPI) menuliskan dalam laporan studi internasional pertama yang mempelajari efek kekayaan yaitu kecenderungan meningkatnya pengeluaran seiring dengan peningkatan kekayaan dalam kaitannya dengan dana pensiun.
Data MMGPI menunjukkan bahwa seiring dengan peningkatan aset pensiun, orang merasa lebih kaya dan oleh karena itu cenderung meminjam lebih banyak.
David Knox, peneliti dari Mercer, mengatakan bahwa pertumbuhan aset dana pensiun berarti orang merasa lebih percaya diri secara finansial dapat memperoleh penghasilan di masa depan, sehingga dapat meminjam uang sebelum pensiun untuk meningkatkan standar hidup saat ini dan masa depan.
“Ketika kekayaan seseorang bertambah, baik itu di kepemilikan properti, portofolio investasi maupun tabungan pensiun, begitu juga kecenderungan mereka untuk berutang. Secara global, setiap tambahan 1 dolar di aset pensiun, utang rumah tangga bertambah 50 sen,” kata Knox dalam keterangan resmi, Senin (21/10/2019).
Indeks membandingkan sistem pensiun di 37 negara dan mencakup dua pertiga populasi dunia.
Baca Juga
Indeks menyoroti spektrum yang luas dan keragaman sistem pensiun dunia, menunjukkan bahwa bahkan sistem terbaik dunia memiliki kelemahan. Indeks 2019 memasukkan tiga negara baru yakni Filipina, Thailand, dan Turki.
Meskipun setiap sistem pensiun memiliki keunikan sendiri, laporan ini menjelaskan bahwa ada perbaikan umum yang dapat dilakukan untuk menjawab tantangan yang dihadapi semua negara.
Knox menuturkan sistem pensiun di seluruh dunia menghadapi usia harapan hidup yang meningkat dan tuntutan terhadap ketersediaan sumber daya untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan penduduk lanjut usia.
Sangat penting bagi pembuat kebijakan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sistem demi memastikan manfaat jangka panjang yang lebih baik bagi pensiunan di masa depan.
Keberlanjutan Menjadi Isu Utama
Secara khusus, masalah keberlanjutan di banyak negara Amerika Selatan dan Asia dibuktikan oleh rata-rata grade D.
Contohnya, walaupun Chili meraih skor 71,7 untuk sub-indeks ini, Brasil dan Argentina masing-masing hanya meraih skor secara keseluruhan 27,7 dan 31,9. Tidak jauh berbeda di Asia, Singapura meraih skor 59,7 sedangkan Jepang hanya meraih skor 32,2.
Isu ini tidak hanya dialami oleh negara berkembang, banyak negara Eropa juga menghadapi tekanan serupa. Walaupun Denmark meraih skor tertinggi untuk sub-indeks keberlangsungan yaitu 82,0, Italia dan Austria masing-masing hanya meraih skor 19,0 dan 22,9.
Meskipun sejumlah hal yang mempengaruhi keberlanjutan sulit diubah, hal-hal lain dapat dilakukan untuk memperkuat efektifitas jangka panjang sistem pensiun. Termasuk mendorong atau mengatur kenaikan iuran program pensiun, secara bertahap menaikkan batas usia pensiun, dan mengimbau karyawan untuk bekerja sedikit lebih lama.
Deep Kapur, Direktur Monash Centre for Financial Studies (MCFS) mengatakan, meskipun beberapa sistem pensiun masih berfokus pada program pensiun manfaat pasti yang mempraktikkan strategi investasi berbasis liabilitas, program pensiun iuran pasti memainkan peran penting dalam akumulasi tabungan pensiun.
Dia menuturkan sangat penting untuk memaksimalkan tingkat pengembalian investasi yang disesuaikan dengan risiko program pensiun manfaat pasti melalui diversifikasi aset dana pensiun.
"Sangat penting batas usia pensiun dipertimbangkan kembali seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup – langkah yang sudah diambil beberapa negara – untuk mengurangi beban manfaat pensiun yang dibiayai oleh publik,” tambahnya.