Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Integrasi Data Jadi Masa Depan Fintech di Indonesia, Ini Kegunaannya

Beberapa kontribusi fintech dalam ekonomi digital selama pandemi antara lain membantu pendataan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), mempercepat mekanisme credit scoring serta percepatan penyaluran permodalan bagi UMKM.
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Integrasi data di antara para pelaku teknologi finansial (tekfin/fintech) merupakan masa depan ekosistem digital di Indonesia, bahkan terbukti telah memberikan dampak nyata selama pandemi Covid-19.

Sebut saja, di antaranya, membantu pendataan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), mempercepat mekanisme credit scoring buat mereka, dan akhirnya berperan besar dalam percepatan penyaluran permodalan.

Karaniya Dharmasaputra, Co-Founder & CEO Bareksa sekaligus Presdir OVO, mengungkapkan bahwa penyaluran bantuan sosial, merupakan salah satu kisah yang membuktikan bahwa data dari fintech telah berdampak besar buat Indonesia.

"Kita paham bahwa dalam sejarah bantuan sosial, kita menghadapi intermediary issue, middle-man issue, yakni selalu bagaimana kita memvalidasi (data penerima bantuan). Tapi dengan fintech, kita sudah bisa mengatasi ini," ujarnya dalam Indonesia Fintech Summit dan Pekan Fintech Nasional 2020, Rabu (11/11/2020).

Dengan adanya fintech, khususnya peer-to-peer lending (P2P lending) dan e-commerce dalam memvalidasi para UMKM, serta pemanfaatan fintech pembayaran atau digital banking untuk mengirimkan dana secara langsung, akhirnya mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyaluran bantuan sosial.

Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sekaligus Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi menjelaskan integrasi data dengan fintech lain, terutama terkait credit scoring, begitu penting buat fintech P2P lending.

"Salah satu kelebihan yang fintech punya adalah bagaimana kita menggunakan credit scoring alternatif untuk membuat assessment kelayakan penyaluran kredit terhadap UMKM," ujarnya.

Adrian menggambarkan bahwa ini kreativitas dalam credit scoring ini merupakan salah satu kelebihan fintech, barangkali karena hal ini tidak pernah terpikir oleh lembaga keuangan konvensional.

Misalnya, data terkait bagaimana performa penjualan produk mereka di e-commerce, data apakah UMKM tersebut pernah masuk dalam pengadaan pemerintah, dan lain sebagainya.

Mewakili platform marketplace Tokopedia yang mengembangkan alternative credit scoring bertajuk TokoScore, Herman Widjaja menjelaskan bahwa data yang digunakan sebagai dasar penilaian kelayakan calon debitur ini bermacam-macam, bahkan berupa 'hal-hal remeh' yang mungkin terpikirkan oleh semua orang.

Misalnya, jika sebuah toko memiliki kulkas 'minuman bermerek' berarti dia setidaknya dipercaya oleh perusahaan tersebut. Contoh lainnya yakni jika sebuah rumah makan bersih, bisa diartikan bahwa orang tersebut menjaga aset dan bertanggung jawab pada pinjamannya.

"Kalau dia selaku pembeli, kita bisa melihat aktivitasnya dalam berbelanja. Kalau dia mitra atau merchant, kita bisa lihat bagaimana dia melayani pembelinya, berapa transaksinya, apa saja transaksi yang dia lakukan," ujarnya.

Credit scoring seperti inilah yang diharapkan mampu memvalidasi bagaimana aktivitas calon debitur atau borrower tersebut di platform toko online, yang bermanfaat untuk platform lending atau pendana tradisional seperti perbankan, untuk menyalurkan dana lebih cepat, murah, dan tepat sasaran.

Adapun, Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Ronald Yusuf Wijaya lebih menekankan bahwa data dan aktivitas bisnis fintech bukan hanya ada di ranah komersial, namun juga bisa berperan untuk sarana sosial.

Misalnya, dalam P2P lending syariah, ada penyaluran berprinsip qardhul hasan atau pinjaman kebajikan yang tidak berbunga dan tidak berorientasi profit. Hal ini bisa menjadi recovery fund yang membantu pemulihan ekonomi UMKM yang tercatat tengah dalam masa krisis, untuk bangkit dari pandemi. 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper