Bisnis.com, JAKARTA – Tren merger dan akuisisi perusahaan rintisan (startup) dinilai mengincar peningkatan market capitalization (kapitalisasi pasar) agar investor dengan dana lebih besar untuk merasa lebih nyaman masuk ke dalam kedua perusahaan. Di sisi lain, ekosistem layanan perusahaan dapat semakin lengkap.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan tren merger dan akuisisi (M&A) di Indonesia akan terus meningkat seiring kebutuhan pengguna yang dinamis dan startup dituntut dapat beradaptasi memenuhi kebutuhan pelanggan.
“Merger juga ada beberapa alasan, jadi yang pertama alasan untuk mempersiapkan agar ekosistem perusahaan makin lengkap,” katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat (19/3/2021).
Lebih lanjut, Edward melihat langkah M&A dilakukan startup juga untuk menarik investor-investor besar turut menyuntikan dana mereka. Hal ini karena valuasi perusahaan meningkat, perusahaan akan dinilai dapat memperluas cakupan layanan perusahaan.
“Kemudian dari sisi top line akan lebih besar, yaitu kontribusi dari sisi pendapatan dan top line-nya yang diharapkan bila membahas dari keuangan jika top linenya meningkat, maka perusahaan ingin ada pull of investor yang besar bisa masuk, karena bila merger mereka dapat meningkatkan peluang investor besar untuk menyuntikan dana ke depan,” ujarnya.
Namun, Edward meyakini langkah merger dan akuisisi perusahaan rintisan di Indonesia belum mengarah ke perubahan bentuk pasar, sebab mayoritas startup melakukan M&A demi meningkatkan complementary value atau cara mereka membesarkan perusahaan di sisi horizontal bukan vertikal.
“Contohnya startup super apps yang mengakuisisi atau melakukan merger dengan startup yang memiliki fokus segmentasi tertentu. Superapp ingin meningkatkan complementary value-nya dengan mencari pemain-pemain sektoral yang bisa mengisi kekosongan sehingga setelah merger terjadi, mereka bisa mengembangkan lini bisnisnya, tren ke depan merger antara pemain superapss dengan pemain vertikal, contohnya seperti Gojek dan Loket,” tuturnya.
Berdasarkan riset PwC: Global M&A Industry Trends mencatatkan bahwa volume merger dan akuisisi perusahaan teknologi di tingkat global meningkat 34 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada semester II/2020.
Adapun, dalam laporan tersebut efek merger dan akuisisi perusahaan dari sisi nilai turut meningkat hingga 118 persen, di mana subsektor teknologi dan telekomunikasi merupakan yang tertinggi.
Sementara itu, berdasarkan wilayah, volume transaksi di Amerika Serikat (AS) naik 20 persen. Sedangkan, Asia Pasifik serta Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) masing-masing meningkat 17 persen.
Aksi Merger dan Akuisisi Startup Bikin Ekosistem Perusahaan Makin Lengkap
Tren merger dan akuisisi (M&A) di Indonesia akan terus meningkat seiring kebutuhan pengguna yang dinamis dan startup dituntut dapat beradaptasi memenuhi kebutuhan pelanggan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Akbar Evandio
Editor : Hafiyyan
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
40 menit yang lalu
Keputusan Akhir Tahun Mereka yang Serok Jumbo Saham ACES
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
5 jam yang lalu