Bisnis.com, JAKARTA — Pengembangan kanal bisnis bancassurance menjadi salah satu strategi jitu PT Asuransi Allianz Life Indonesia dalam menjaga kinerja bisnis di tengah tekanan pandemi Covid-19.
Direktur dan Chief of Partnership Distribution Officer Allianz Bianto Surodjo menjelaskan bahwa pihaknya berhasil mencatatkan pertumbuhan bisnis yang cukup tinggi dalam dua tahun terakhir. Kanal bancassurance dinilai menjadi motor utama pertumbuhan itu.
Bianto memaparkan bahwa perolehan premi bisnis baru dari kanal bancassurance tumbuh hingga 47 persen belakangan ini. Pada 2018, perolehannya mencapai Rp897 miliar dan pada 2020 melesat hingga Rp1,3 triliun.
Sementara itu, jika dilihat secara keseluruhan, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat bahwa premi bisnis baru industri dari kanal bancassurance pada 2018–2020 justru turun tipis 0,1 persen, dari Rp13,2 triliun menjadi 13,19 triliun.
"Driver [pendorong pertumbuhan bisnis Allianz] adalah bancassurance. Market share kami [dalam perolehan premi bisnis baru bancassurance] naik dari 6,8 persen pada 2018 menjadi 10 persen pada 2020, bancassurance tumbuh dua kali lipat," ujar Bianto dalam gelaran Bisnis Indonesia Mid Year 2021 Economic Outlook, Rabu (7/7/2021).
Hal itu pun menjadi salah satu faktor pendorong perolehan premi perseroan pada 2020, ketika pandemi Covid-19 menghantam Indonesia. Pada 2020, Allianz membukukan premi bruto Rp16,9 triliun atau tumbuh 27,8 persen (year-on-year/yoy) dari sebelumnya Rp13,2 triliun.
Bianto menyatakan bahwa tren pertumbuhan masih terjadi pada awal tahun ini. Pada kuartal I/2021, perolehan premi bisnis baru dari kanal bancassurance mencapai Rp547 miliar atau melonjak 108 persen (yoy) dari sebelumnya Rp263 miliar.
Pertumbuhan itu membuat market share Allianz dalam perolehan premi bisnis baru dari kanal bancassurance per kuartal I/2021 mencapai 12,9 persen, naik dari kuartal I/2020 yang mencakup 8,8 persen. Bianto pun menilai bahwa kanal bancassurance cukup resisten di tengah tekanan pandemi Covid-19.
"Di luar itu semua, melihat strategi jangka panjang, krisis atau tidak krisis harus stick [terhadap strategi itu], yaitu berusaha menjadi lebih agile, sesuaikan bisnis dengan cepat," ujar Bianto.