Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Premi Asuransi Umum dari Kanal Bank Terseret Lesunya Kredit

Kinerja pendapatan premi asuransi umum dari kanal bank turut lesu di tengah pertumbuhan landai penyaluran kredit.
Pengunjung memadati ruang pamer kendaraan saat pembukaan pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (24/7/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memadati ruang pamer kendaraan saat pembukaan pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (24/7/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA— Kinerja pendapatan premi asuransi umum dari kanal bancassurance tercatat terseret lesunya penyaluran kredit bank.

Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan mengatakan bank masih merupakan salah satu saluran distribusi penting dalam pemasaran produk asuransi umum. Sayangnya, tren penyaluran kredit bank yang melandai turut berpengaruh terhadap penurunan pendapatan premi asuransi umum dari kanal bancassurance.

"Dalam beberapa tahun terakhir lebih disebabkan oleh faktor eksternal yang memengaruhi daya serap pasar terhadap produk-produk yang biasa dikaitkan dengan pembiayaan perbankan, seperti sektor properti dan otomotif," kata Budi kepada Bisnis, dikutip Sabtu (2/8/2025).

Penyaluran kredit yang lebih lesu ini memberikan tekanan terhadap perolehan premi pada kanal bank atau bancassurance. Hal ini karena penarikan kredit seperti pada pemilikan rumah (KPR) dan otomotif langsung dikaitkan dengan penjualan asuransi kredit dan asuransi kendaraan, contoh produk asuransi umum.

Merujuk data penyaluran kredit industri perbankan, dalam periode Januari—Mei 2025 tercatat pertumbuhan 8,43% year-on-year (YoY) menjadi Rp7.998 triliun. Pertumbuhan tersebut menyusut dibanding pertumbuhan-pertumbuhan periode sebelumnya.

Perinciannya, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan pada periode sepanjang Desember 2023, sepanjang Januari—Mei 2024, sepanjang Desember 2024 dan periode Januari—April 2025 masing-masing tumbuh sebesar 10,38% YoY, 12,15% YoY, 10,46% YoY dan 8,88% YoY.

Sementara itu, imbasnya bagi industri asuransi umum, yakni premi yang berasal dari bancassurance sepanjang 2023 mencapai Rp6,78 triliun atau 6,8% dari total premi. Realisasi ini tergerus 27,4% YoY menjadi Rp4,93 triliun atau 4,7% dari total pada 2024. Berdasarkan data terbaru, premi asuransi umum via bancassurance per kuartal I/2025 hanya berkontribusi 4,4% dari total premi industri.

Budi menegaskan, situasi tersebut bukan berarti industri asuransi umum meninggalkan kerja sama dengan perbankan, tetapi lebih pada penyesuaian strategi distribusi yang adaptif terhadap kondisi pasar. 

Di saat kanal bancassurance mulai susut, tercatat kanal badan usaha selain bank (BUSB) pembiayaan atau leasing mengalami pertumbuhan. Premi asuransi umum dari distribusi leasing pada 2024 tumbuh 1,1% YoY menjadi Rp15,15 triliun atau 14,6% dari total premi. Lalu, dalam Januari—Mei kontribusinya atas total pendapatan premi asuransi umum sedikit mengecil menjadi 13,5%, meskipun pangsa pasarnya tiga kali lipat lebih besar dari perbankan.

"Kanal distribusi melalui BUSB, seperti perusahaan pembiayaan (leasing), relatif lebih aktif pada segmen-segmen kendaraan roda dua dan pembiayaan konsumer lainnya yang lebih resilient terhadap perlambatan ekonomi," terangnya.

Lantas, apa yang membedakan kerja sama asuransi dengan bank dibanding leasing?

Budi menjelaskan, dari sisi struktur biaya memang terdapat perbedaan dalam pola kerja sama dan berbagi margin antara kanal bank dan BUSB. Namun, AAUI menilai hal tersebut bukan satu-satunya faktor. 

"Aspek lainnya seperti efisiensi proses, integrasi sistem, serta kelincahan operasional BUSB dalam menjangkau pasar ritel juga menjadi faktor pendorong meningkatnya kontribusi premi dari kanal tersebut," tegasnya.

Meski ada perbedaan itu, Budi mengatakan bahwa ke depan prospek kerja sama dengan bank tetap terbuka dan memiliki potensi, khususnya apabila sektor pembiayaan perbankan kembali pulih. Namun Budi memberikan catatan, bahwa tren pertumbuhan yang lebih cepat saat ini masih cenderung terjadi pada kanal BUSB sehingga kemungkinan ketimpangan kontribusi bisa berlanjut jika tidak ada terobosan distribusi atau inovasi produk di kanal bancassurance.

"Kami mendorong semua kanal distribusi, baik bank maupun non-bank, untuk terus berinovasi, meningkatkan sinergi, serta mengadopsi pendekatan pemasaran berbasis kebutuhan nasabah agar bisa tetap relevan dan kompetitif di tengah perubahan perilaku konsumen dan dinamika ekonomi nasional," katanya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro