Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada PPKM Darurat, Akselerasi Kredit Konsumsi Kembali Melambat

Pemulihan pertumbuhan kredit konsumsi saat ini dibayangi oleh resiko kenaikan kasus Covid-19 yang sudah terjadi sejak bulan Juni.
Ilustrasi tempat penjualan mobil bekas./Antara/Chairul Rohman
Ilustrasi tempat penjualan mobil bekas./Antara/Chairul Rohman

Bisnis.com, JAKARTA -- Office of Chief Economist Mandiri memperkirakan akselerasi kredit konsumsi terhambat lagi seiring dengan pengetatan mobilitas masyarakat kembali.

Chief Economist Andry Asmoro menyampaikan pihaknya memprediksi penyaluran kredit konsumtif akan membaik ke depan seiring dengan pemulihan laju pertumbuhan ekonomi.

Namun demikian, pemulihan pertumbuhan kredit konsumsi saat ini dibayangi oleh resiko kenaikan kasus Covid-19 yang sudah terjadi sejak bulan Juni.

"Peningkatan kasus Covid-19 ini telah mengakibatkan restriksi mobilitas yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kecepatan laju pemulihan ekonomi dan permintaan kredit konsumtif," katanya dalam analisa industri Bank Mandiri, Rabu (7/7/2021).

Dia menyampaikan peningkatan kasus Covid-19 seperti yang terjadi saat ini adalah faktor resiko terbesar karena akan mengakibatkan laju pemulihan ekonomi terhambat akibat restriksi mobilitas, konsumen menahan belanja dan juga kegiatan produksi menurun.

"Bercermin pada pengalaman kenaikan kasus Covid-19 pada bulan Januari 2021 setelah periode libur Natal dan Tahun Baru, diperlukan waktu tiga bulan untuk menurunkan kasus harian mencapai angka “normal” sebanyak 5000-6000 kasus per hari."

Adapun, penyaluran kredit konsumtif (ke rumah tangga) perbankan nasional tumbuh 0,3 persen yoy pada April 2021 (vs -1,1 persen yoy pada Maret 2021).

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) terbaru, hanya terdapat tiga provinsi yang mengalami penurunan penyaluran kredit konsumtif pada April 2021, yaitu -7,8 persen, Aceh -2,4 persen, dan Bali -2,3 persen. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan denga Maret 2021, di mana terdapat lima provinsi yang mengalami kontraksi.

Sebaliknya, provinsi-provinsi lainnya masih mampu tumbuh positif. Lebih detail lagi, provinsi yang mengalami pertumbuhan penyaluran kredit konsumtif tertinggi adalah Kalimantan Tengah dengan pertumbuhan sebesar 8,4 persen yoy, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 7,1 persen yoy dan Jawa Barat sebesar 6,9 persen yoy.

Meskipun demikian, total penyaluran kredit konsumtif nasional berhasil tumbuh setelah sebelumnya terus mengalami kontraksi. Hal ini disebabkan oleh penurunan kontraksi kredit konsumtif di DKI Jakarta, yakni dari -10,1 persen pada Maret 2021 menjadi hanya -7,8 persen pada April 2021.

Jakarta sendiri adalah provinsi dengan market share terbesar, yakni mencapai 26,6 persen dari total penyaluran kredit konsumtif nasional, sehingga sangat mempengaruhi kinerja penyaluran kredit konsumsi nasional. Non-Performing Loan (NPL) kredit konsumtif pada April 2021 cenderung flat, yakni sebesar 1,9 persen.

Kredit pemilikan kendaraan bermotor tercatat mengalami kontraksi terdalam, yakni sebesar -27,6 persen yoy pada April 2021. Hal ini sejalan dengan perkembangan penjualan mobil dan sepeda motor domestik yang juga masih tertekan dibandingkan tahun lalu. Selain itu, kredit konsumtif untuk pemilikan rumah toko juga mengalami kontraksi kedua terdalam, yaitu sebesar -8,9 persen yoy pada April 2021.

Sebaliknya, kredit pemilikan rumah merupakan kredit konsumtif yang mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 5,6 persen yoy pada April 2021. Selanjutnya disusul oleh kredit pemilikan apartemen atau flat yang tumbuh 3,8 persen yoy pada April 2021.

Berdasarkan kualitas kreditnya, kredit pemilikan Ruko memiliki NPL tertinggi yakni sebesar 5,1 persen pada April 2021 (vs 5,1 persen pada Maret 2021). Sedangkan kredit bukan lapangan usaha lainnya memiliki NPL terendah, yakni sebesar 1,3 persen  pada April 2021. Sebagai tambahan, NPL kredit kepemilikan peralatan rumah tangga lainnya termasuk kredit tanpa agunan/KTA masih terjaga rendah di level 1,4 persen pada April 2021.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper