Bisnis.com, JAKARTA — Kebangkitan sektor otomotif akhirnya mulai tampak pengaruhnya buat outstanding industri pembiayaan atau multifinance pada akhir tahun lalu. Mampukah momentum ini bertahan pada 2022?
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggambarkan pembiayaan untuk kendaraan bermotor mengambil porsi 74 persen dari total piutang pembiayaan neto industri atau sebesar Rp364,23 triliun per Desember 2021.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2022 bahkan memproyeksi piutang pembiayaan industri multifinance bisa tumbuh sekitar 12 persen (yoy) pada akhir tahun ini, didorong penyaluran kredit buat sektor otomotif.
"Pembiayaan multifinance pasti sejalan dengan pemulihan ekonomi, terutama karena sebagian besar pemain menyalurkan pembiayaan terkait sektor otomotif. Ketika ekonomi pulih, pendapatan masyarakat ikut naik, sehingga penjualan kendaraan pasti bertumbuh karena banyak yang berganti kendaraan. Apalagi, pemerintah bakal memberikan insentif buat kendaraan berbasis baterai," ujarnya beberapa waktu lalu.
Adapun, salah satu momentum pendongkrak outstanding kredit kendaraan, salah satunya didorong berlakunya insentif pajak barang mewah (PPnBM) buat pembelian mobil baru. Pasalnya, walaupun basis pengenaan insentif teranyar ini berbeda dari kebijakan sebelumnya, tapi garis besarnya sama, yaitu membantu harga pasaran mobil tipe tertentu tetap stabil.
Jodjana Jody, pengamat otomotif dan praktisi industri pembiayaan yang sempat memimpin Auto2000 (2010) dan Astra Credit Companies (2015), melihat bahwa momentum ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh industri otomotif dan para pemain multifinance, karena efeknya habis di pertengahan tahun.
Baca Juga
Hal ini bukan hanya karena pemerintah berencana mengurangi besaran diskon secara bertahap di tiap kuartal, tapi juga karena ada kebijakan kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen pada April 2022.
"Insentif PPnBM terbaru ini menurut saya menjadi transisi supaya market tidak shock di kuartal I/2022. Tapi potensi penjualan mobil kelihatannya akan baik dan bisa menembus 1 juta unit, dengan catatan kasus pandemi berlalu dan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen tercapai," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (26/1/2022).
Menurut Jody, kredit otomotif terutama kendaraan roda empat, memang bisa tumbuh, tapi secara konservatif. Pasalnya, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sendiri hanya menargetkan penjualan menembus 900.000 unit, hanya selisih tipis dari realisasi tahun lalu senilai 887.000 unit.
"Proyeksi [outstanding pembiayaan] khusus mobil ada peluang tumbuh single digit secara industri. Salah satunya karena kredit masih hati-hati, karena program restrukturisasi pun masih berjalan sampai Maret 2023, sehingga resiko kredit harus terus dipantau. Selain itu, ada rencana US tapering, berpotensi mengganggu likuiditas karena tingkat suku bunga dan kurs US dollar. Jadi tentu leasing akan tetap selektif," tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno melihat walaupun kredit multiguna yang ditopang kredit kendaraan mulai pulih, total outstanding industri multifinance dipercaya baru mulai positif di kisaran 3 persen (yoy) pada akhir 2022.
Pasalnya, masih ada beberapa tantangan yang akan dihadapi para pemain multifinance pemain kredit otomotif. Antara lain, keterbatasan unit kendaraan akibat fenomena kelangkaan semikonduktor alias micro-chip, serta terbatasnya kapasitas produksi kendaraan akibat pembatasan kegiatan atau PPKM.