Bisnis.com, JAKARTA - PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA) kian memperkuat posisinya di bisnis pembiayaan Tanah Air. Sampai akhir 2021, entitas Grup Sinarmas ini berhasil membalikkan posisi menjadi laba dari sebelumnya rugi.
Adapun, dua dari rombongan leasing yang terafiliasi dengan emiten berkode saham SMMA tersebut terdapat PT Sinar Mas Multifinance dan PT AB Sinar Mas Multifinance dengan kepemilikan mencapai 99,99 persen.
Berdasarkan laporan keuangan SMMA per Desember 2021, aset Sinar Mas Multifinance terkoreksi menjadi Rp7,25 triliun dari sebelumnya Rp7,99 triliun pada 2020. Leasing ini masih menjadi anak usaha utama SMMA dengan aset terbesar ke-3, di bawah Bank Sinarmas dan Asuransi Sinar Mas.
Tergerusnya aset Sinar Mas Multifinance, terutama karena penurunan di semua lini outstanding pembiayaan. Namun, dari sisi kinerja keuangan, Sinar Mas Multifinance tercatat telah keluar dari jerat rugi bersih Rp524,36 miliar pada 2020 akibat pandemi, berbalik menjadi laba bersih Rp128,75 miliar pada 2021.
Sebaliknya, AB Sinar Mas Multifinance berhasil mendongkrak asetnya dari Rp847 miliar pada 2020 menjadi Rp1,72 triliun pada 2021. Hal ini ditopang meroketnya outstanding di lini bisnis anjak piutang dan sewa pembiayaan.
Laba bersih AB Sinar Mas Multifinance pun tercatat meningkat, tepatnya dari Rp36,01 miliar pada periode 2020 menjadi Rp48,98 miliar di periode 2021.
Baca Juga
Selain kedua multifinance tersebut, rombongan leasing lain dimiliki secara tak langsung oleh SMMA dan tercatat dalam laporan keuangan sebagai bentuk investasi dalam saham dengan kepemilikan di bawah 20 persen.
Para leasing ini, antara lain dua perusahaan OTO Group, PT Summit Oto Finance dan PT Oto Multiartha, di mana SMMA masing-masing memegang 15 persen kepemilikan. Ada lagi, PT SGMW Multifinance Indonesia alias Wuling Finance, PT Sinar Mitra Sepadan Finance (SMS Finance), PT Sinarmas Hana Finance, dan PT Bima Multi Finance.
Adapun, satu portofolio investasi SMMA di bisnis leasing yang baru-baru ini dilego, yaitu kepemilikan 15 persen saham PT Century Tokyo Leasing Indonesia senilai Rp66,32 miliar, pada awal 2020 dilepas ke PT Lippo Securities Tbk. (LPPS) atau kini PT Lenox Pasifik Investama Tbk.
Oto Multiartha, leasing bagian dari OTO Group besutan Sumitomo Corporation Japan ini berhasil membalikkan rugi bersih Rp527,94 miliar pada 2020 menjadi cuan Rp541,56 miliar pada 2021. Bahkan nilai ini tercatat lebih baik ketimbang laba 2019 senilai Rp528,92 miliar.
Leasing yang yang bergerak di bidang pembiayaan mobil konsumen dan sewa pembiayaan mobil operasional kantor ini belum mampu mengembalikan total asetnya yang turun dari level Rp19,5 triliun pada 2019 menjadi Rp14,9 triliun pada 2020, dan kini anjlok lagi ke Rp10,7 triliun pada 2021.
Adapun, kinerja periode 2021 PT Summit Oto Finance alias OTO Kredit Motor belum diketahui. Pada era pandemi alias periode 2020, leasing di bidang pembiayaan terkait sepeda motor dengan aset Rp10,64 triliun ini membukukan rugi bersih Rp457,58 miliar, sementara pada 2019 masih sanggup mencetak laba bersih Rp524,67 miliar.
Beralih ke Wuling Finance, belum diketahui laporan keuangan terkini dari leasing bentukan SMMA bersama SAIC Motor, PT SGMW Motor Indonesia, dan General Motors (GM) Financial ini. SMMA sendiri memegang porsi kepemilikan 19 persen saham Wuling Finance.
Namun, leasing yang baru terbentuk pada 2019 ini tampak baru memulai rencana ekspansinya, terlihat dari mulai maraknya suntikan modal operasional lewat transaksi fasilitas pendanaan beberapa bank besar, seperti Permata Bank, BCA, dan HSBC, yang diteken sejak kisaran akhir tahun lalu sampai beberapa waktu belakangan.
Sementara itu, Sinarmas Hana Finance digenggam oleh SMMA sebesar 15 persen, lainnya oleh Hana Capital 55 persen dan Bank KEB Hana Indonesia 30 persen. Aset leasing ini tercatat naik dari Rp1,01 triliun pada 2020 menjadi Rp1,17 triliun pada tutup buku 2021.
SMMA juga memiliki kepemilikan saham 15 persen di SMS Finance yang merupakan leasing bentukan pelopor perusahaan sewa guna usaha di Jepang, ORIX Corporation.
Aset SMS Finance tercatat di kisaran Rp3,36 triliun dengan laba bersih Rp82,7 miliar pada 2020, turun dari laba tahun sebelumnya senilai Rp103,42 miliar.
Terakhir, Bima Multi Finance digenggam SMMA bersama Bank Victoria Internasional (BVIC) sebagai pemegang saham terbesar. Aset leasing yang bergerak di bidang pembiayaan motor bekas ini telah naik dari Rp269,49 miliar pada 2020 menjadi Rp288,66 miliar pada 2021.
Bima Multi Finance pun telah kembali mencetak laba bersih Rp12,38 miliar pada 2021. Walaupun belum seperti cuan sebelum pandemi di Rp20,04 miliar, setidaknya telah kembali dari periode 2020 yang dibukukan dengan rugi bersih Rp14 miliar.