Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TURI, SRTG Hingga BMRI Ketiban Berkah Bisnis Leasing, Kok Bisa?

Bisnis pembiayaan alias leasing yang pada 2020 membebani induk usaha, pada 2021 ini berbalik membawa untung berlipat.
Suasana Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (31/3/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Suasana Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (31/3/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan penjualan kendaraan otomotif sepanjang 2021 lalu telah membawa keuntungan bagi induk usahanya. Kondisi ini berbeda 180 derajat dibandingkan kinerja 2020 dimana sebagian besar leasing terafiliasi pemain sektor otomotif cenderung boncos alias mencatatkan rugi bersih akibat terdampak pandemi Covid-19.

PT Mandiri Tunas Finance (MTF), anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) misalnya. Entitas patungan BMRI (51 persen) dan emiten distributor otomotif PT Tunas Ridean Tbk. alias TURI  (49 persen) berhasil membalik kinerja menjadi laba Rp245,88 miliar pada 2021. Bandingkan dengan capaian periode 2020 yang ditutup dengan rugi bersih Rp299,9 miliar. 

Kinerja ini tampaknya akan dipertahankan. Hingga triwulan I/2022, MTF telah membukukan laba senilai Rp73,68 miliar naik 48,4 persen (year-on-year/yoy) dari Rp49,64 miliar di kuartal I/2021.

"Ketika pandemi, walaupun kualitas pembiayaan MTF terjaga dengan baik, tapi kami tidak mengurangi pencadangan sesuai arahan induk, sehingga beban cenderung stabil. Adapun, periode 2022 ini, laba MTF ditargetkan naik sekitar 25 persen dari 2021," jelas Direktur Sales & Distribusi MTF William Francis, Jumat (20/5/2022).

Rico Adisurja Setiawan, Direktur Utama TURI sekaligus Komisaris Utama MTF pun membenarkan bahwa leasing yang fokus di produk pembiayaan mobil baru itu membawa kontribusi laba ke TURI sebesar Rp120,5 miliar dibandingkan posisi rugi di tahun sebelumnya senilai Rp147 miliar.

Menurutnya, hal ini terutama disebabkan dari pemulihan pendapatan bunga bersih dari kinerja peningkatan pembiayaan baru, di mana MTF mampu menyalurkan Rp20,6 triliun atau naik 23,2 persen (yoy). Tahun ini, MTF membidik penyaluran pembiayaan menyentuh Rp24 triliun.

Senada, emiten distributor kendaraan milik Grup Saratoga, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX) juga ketiban berkah dari leasing miliknya yang berstatus sebagai entitas asosiasi, PT JACCS MPM Finance Indonesia.

Sebab, leasing yang dimiliki Grup MPM (40 persen) bersama mitranya dari Jepang JACCS Co, Ltd (60 persen) ikut menyumbang laba Rp25,4 miliar ke Grup MPM pada 2021, setelah pada 2020 berbagi rugi hingga Rp118,5 miliar.

Kontribusi yang turut membuat total laba Grup MPM tumbuh hingga 208 persen (yoy) dari Rp134 miliar pada 2020 menjadi Rp412 miliar pada 2021, dan sedikit lagi kembali ke capaian 2019 senilai Rp466 miliar. Adapun, pada kuartal I/2022 ini Grup MPM telah mengumpulkan pundi-pundi cuan mencapai Rp146 miliar.

"Entitas asosiasi perseroan, JACCS-MPM Finance Indonesia memberikan kontribusi yang lebih baik karena peningkatan laba bersih dan penurunan tingkat non-performing loan di atas 90 hari menjadi 2,3 persen," ungkap Group Chief Executive Officer Mitra Pinasthika Mustika Suwito Mawarwati dalam keterangannya.

Sebagai gambaran, pada periode pandemi JACCS MPM Finance mencatatkan rugi bersih hingga Rp296,37 miliar akibat beban keuangan yang meroket tajam. Adapun, pada tutup buku 2021, laba bersih leasing di bidang pembiayaan mobil, motor, dan pembiayaan investasi buat korporasi ini mencapai Rp63,73 miliar.

Hajimu Yukimoto, Finance Director JACCS MPM Finance sempat mengungkap bahwa pada periode 2021, pembiayaan mobil bekas dan sepeda motor menjadi andalan ketimbang mobil baru, maupun produk lainnya.

Secara terperinci, pembiayaan motor JACCS MPM Finance naik 24 persen (yoy) ke Rp932 miliar, pembiayaan mobil naik 13 persen (yoy) ke Rp1,8 triliun, produk refinancing turun 8 persen (yoy) ke Rp248 miliar, pembiayaan sektor korporasi naik 12 persen (yoy) ke Rp423 miliar, sementara multiguna naik 16 persen (yoy) ke Rp60 miliar.

Berbeda, PT Indomobil Multi Jasa Tbk. (IMJS) baru bisa berharap menyumbang laba ke Grup Indomobil pada tahun ini, sebab masih mencatatkan rugi bersih Rp80,55 miliar pada 2021, namun tercatat lebih baik ketimbang rugi bersih era pandemi senilai Rp111,65 miliar.

Namun, apabila melihat kinerja periode kuartal I/2022, pertumbuhan laba IMJS terbilang signifikan mencapai Rp72,16 miliar, setelah pada kuartal I/2021 mencatatkan rugi Rp42,49 miliar.

Sebagai informasi, IMJS terafiliasi dengan 4 multifinance, yaitu Indomobil Finance, NFSI Financial Services atau sebelumnya Nissan Financial Services Indonesia, Suzuki Finance, dan Hino Finance, serta bidang usaha, seperti rental kendaraan, logistik, atau jasa perbaikan truk.

Terakhir, korporasi otomotif jumbo PT Astra International Tbk (ASII) mendapatkan laba yang terbilang signifikan dari lini bisnis jasa keuangannya, termasuk dari rombongan multifinance/leasing miliknya.

Pendapatan bisnis jasa keuangan Grup Astra secara umum, yaitu pembiayaan dan asuransi, mengalami peningkatan 24 persen (yoy) menjadi Rp24,8 triliun pada 2021 dari Rp20 pada periode 2020. Sementara itu, kontribusi laba bersih dari lini bisnis ini juga naik 49 persen (yoy) dari Rp3,3 triliun pada 2020 menjadi Rp4,9 triliun pada 2021.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper