Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI dikabarkan tengah mempertimbangkan opsi strategis, termasuk potensi menjual sahamnya di unit bisnis asuransi jiwa yang diperkirakan dapat bernilai US$1 miliar.
Seperti dilaporkan Bloomberg, dikutip Senin (11/7/2022), BNI telah melakukan diskusi awal dengan penasihat mengenai potensi transaksi untuk melepas 60 persen sahamnya di PT BNI Life Insurance. Menurut orang-orang yang mengetahui hal ini, kesepakatan dapat mencakup kemitraan bancassurance di mana perusahaan asuransi diizinkan untuk menjual produknya di cabang bank dan saluran ritel lainnya untuk jangka waktu tertentu.
Terkait hal ini, sumber Bloomberg juga menyebut bahwa Sumitomo Life Insurance Co. yang membeli sekitar 40 persen saham BNI Life seharga U$354 juta pada 2014, secara terpisah berbicara dengan para penasihat tentang meninjau kepemilikannya. Mereka juga mengatakan, perusahaan asuransi lain yang aktif di Indonesia telah menunjukkan minat awal untuk mengakuisisi sebagian atau seluruh saham BNI.
Menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya itu, pertimbangan masih dalam tahap awal dan proses penjualan nampaknya tidak akan dimulai sampai akhir tahun ini. BNI dan Sumitomo disebut masih bisa memutuskan untuk tidak melakukan transaksi apapun.
Ketika dihubungi Bloomberg, Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom mengatakan bahwa BNI terus mengevaluasi seluruh kegiatannya termasuk bisnis utama maupun unit-unitnya. Menurutnya, belum ada pembahasan internal atau rencana keluar dari bisnis asuransi jiwa hingga saat ini.
Sementara itu, perwakilan Sumitomo Life mengatakan bahwa Sumitomo ingin memeriksa niat BNI sebelum mempertimbangkan opsi untuk BNI Life.
Baca Juga
Bisnis masih mencoba untuk meminta tanggapan BNI Life mengenai hal ini.
Adapun berdasarkan laporan tahunan 2021, BNI Life membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp179,58 miliar meningkat 13,96 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, total asetnya tercatat mencapai Rp22,8 triliun pada 2021 atau naik 11,2 persen dibandingkan 2020.