Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Sahabat Sampoerna atau Bank Sampoerna membukukan laba setelah pajak sebesar Rp26,6 miliar atau naik 44 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp18,5 miliar.
Direktur Utama Bank Sampoerna Ali Rukmijah mengatakan pertumbuhan laba Bank Sampoerna tidak terlepas dari peningkatan pendapatan bunga bersih yang naik 31,61 persen yoy menjadi Rp432,57 miliar, termasuk penurunan beban bunga yang menyusut 42,40 persen yoy menjadi Rp190,23 miliar.
Sementara itu, pendapatan bunga perseroan mengalami kontraksi sebesar 5,49 persen yoy, dari Rp658,96 miliar menjadi Rp622,8 miliar per Juni 2022.
Adapun, rasio dana murah (current account saving account/CASA) berupa giro dan tabungan perseroan meningkat 28 persen menjadi Rp2,61 triliun. Kenaikan dana murah perseroan ditopang oleh giro yang melesat 93,93 persen yoy menjadi Rp1,3 triliun.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) Bank Sampoerna menurun 9,98 persen yoy dari Rp11,18 triliun menjadi Rp10,06 triliun.
Bank Sampoerna mencatat penyaluran kredit meningkat 3,08 persen yoy menjadi Rp8,71 triliun, dari periode sebelumnya sebesar Rp8,45 triliun. Sedangkan kredit UMKM turun 1,10 persen menjadi Rp3,46 triliun. Secara total aset, perseroan membukukan kenaikan 2,17 persen yoy menjadi Rp13,77 triliun.
Sepanjang paruh pertama tahun 2022, Ali menyampaikan pinjaman yang disalurkan mencapai hampir Rp4 triliun, atau meningkat 30 persen yoy. Sementara itu, total kredit perseroan naik 3,1 persen yoy menjadi Rp8,7 triliun.
“Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persen pinjaman diberikan secara langsung ke UMKM,” ungkap Ali dalam keterangan tertulis, Jumat (19/7/2022).
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra menyampaikan pada kuartal II/2022, perseroan terus melanjutkan transformasi digital berupa proses pembukaan tabungan Sampoerna Mobile Saving secara online dengan pemanfaatan fitur face recognition dan deteksi keaslian pengguna (liveness detection).
“Selain memudahkan nasabah secara umum, fitur baru ini juga mempermudah pengusaha UMKM membuka tabungan Sampoerna Mobile Saving dan menerima pembayaran lewat QRIS dengan meng-install aplikasi Sampoerna Mobile Merchant,” ujar Hengky.
Lalu, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) berada di level 2,64 persen (gross) dan 1,21 persen (nett). Kemudian, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) dan net interest margin (NIM) masing-masing di level 86,54 persen dan 7,77 persen.
Hengky memaparkan perseroan turut membukukan beban penyisihan penurunan nilai sebesar Rp186 miliar atau meningkat 71 persen yoy. Dari sana, Bank Sampoerna memiliki rasio CKPN terhadap NPL mencapai 139,74 persen. Untuk ROA, ROE, dan BOPO masing-masing di level 0,54 persen, 2,19 persen, dan 93,64 persen.
Hingga saat ini, terdapat beberapa perusahaan P2P (peer-to-peer) lending yang bekerja sama dengan Bank Sampoerna di antaranya Mekar, Julo, Indodana, Kredivo, dan Akulaku. Adapun perusahaan fintech payment gateway yang telah bekerja sama di antaranya Xendit, Instamoney, Safe Cash, dan Dhasatra.