Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Wacana Bunga KUR 0 Persen, Bakal Efektif Kerek Perekonomian?

Pengamat menilai hal yang lebih penting adalah mencari penyebab naiknya suku bunga perbankan yang begitu tinggi dan enggan untuk turun.
Pekerja mengeringkan jagung yang baru dipipil di Desa Balongga, Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (6/9/2021). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara nasional khusus untuk sektor pertanian jagung hingga akhir Agustus 2021 telah mencapai Rp1,76 triliun yang disalurkan kepada 72.070 debitur. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Pekerja mengeringkan jagung yang baru dipipil di Desa Balongga, Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (6/9/2021). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara nasional khusus untuk sektor pertanian jagung hingga akhir Agustus 2021 telah mencapai Rp1,76 triliun yang disalurkan kepada 72.070 debitur. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA – Wacana potongan bunga hingga 0 persen untuk kredit usaha rakyat (KUR) usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang disarankan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dinilai menjadi hal yang pro dan kontra.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai hal yang lebih penting adalah mencari penyebab naiknya suku bunga perbankan yang begitu tinggi dan enggan untuk turun.

"Niat Pak Erick Thohir sebenarnya sangat bagus, tapi yang membutuhkan suku bunga rendah tidak hanya segelintir orang," kata Piter kepada Bisnis, Jumat (9/9/2022).

Menurutnya, jika itu berupa program dan hanya untuk sekelompok orang, maka berpotensi akan terjadi penyalahgunaan. Sedangkan, jika berbentuk dengan memberikan potongan, maka bantuan tersebut merupakan jenis subsidi seperti KUR saat ini.

Di samping itu, Piter berpendapat bahwa keberadaan KUR sudah membebani APBN setiap tahun dan dampaknya tidak terlalu dirasakan oleh perekonomian.

"Menurut saya, niat baik Pak Erick Thohir bisa diwujudkan dalam bentuk yang lain, bukan dengan memberikan suku bunga nol persen kepada segelintir orang. [Karena] yang kita butuhkan adalah program yang berkesinambungan dan bisa diakses oleh semua UMKM," terangnya.

Di lain sisi, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memandang saran penurunan bunga KUR menjadi 0 persen cukup positif untuk mendorong laju pertumbuhan sektor UMKM.

"Karena kekhawatiran terbesar dengan inflasi pangan dan energi adalah semakin tingginya bunga pinjaman UMKM," ujarnya.

Dia menilai kondisi saat ini ibarat UMKM tertekan dari tiga sumber utama. Pertama, belum pulihnya sisi permintaan pasca pandemi mereda.

Kedua, naiknya biaya produksi dan operasional karena harga BBM yang naik. Ketiga, naiknya tingkat suku bunga acuan menyesuaikan dengan naiknya inflasi mempengaruhi cost of fund UMKM.

Kendati demikian, Bhima mengatakan ada beberapa yang perlu didorong paralel dengan suku bunga KUR 0 persen, antara lain kenaikan porsi penyaluran pinjaman ke sektor produktif, peningkatan plafon KUR padat karya, hingga channeling KUR melalui lembaga keuangan mikro.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan dengan adanya alokasi bunga 0 persen akan membuat cost structure bagi UMKM turun dari 24 persen hingga 7 sampai 8 persen.

Selain itu, Erick juga telah berbicara dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar aturan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Bank Rakyat Indonesia (BRI) senilai Rp40 triliun dari hasil rights issue dapat didorong.

Dia menyebut Kementerian BUMN tengah mendorong komunikasi dengan OJK apakah usulan tersebut dapat diterima. Adapun terkait dengan aturan BMPK didorong oleh Erick agar tidak disalahgunakan oleh korporasi besar untuk melakukan pinjaman.

"Jadi bagiamana KUR ini bisa lebih tepat lebih murah ya memang harus kolaborasi dari pihak-pihak lain sehingga ini bisa efektif. Apakah itu perlu dibentuk badan kur saya juga tidak bisa ini bukan tupoksi saya," ujar Erick, Jumat (9/9/2022).

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper