Bisnis.com, JAKARTA — Sentimen positif penjualan alat berat masih akan membawa angin segar buat perusahaan pembiayaan (multifinance), sebab tren pertumbuhan portofolio piutang pembiayaan alat berat diramal terus bertahan sampai tahun depan.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa proyeksi tersebut merupakan hasil diskusi dengan para pemain alat berat di Tanah Air.
"Kalau dari proyeksi kasar para pemain alat berat, penjualan tahun depan memang cenderung sama dengan tahun ini. Tapi tren tahun ini, permintaan alat berat itu luar biasa, bahkan sampai harus inden karena stok terbatas. Jadi tahun depan dari sisi pembiayaan masih bagus," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (12/10/2022).
Sebagai informasi, alat berat cenderung positif buat industri leasing, karena permintaannya melambung terdorong masifnya kebutuhan pelaku industri sektor pertambangan dan perkebunan. Tahun depan, sentimen positif bertambah lagi dari sektor konstruksi, terutama terkait proyek-proyek pemerintah.
Hal ini turut tergambar berdasarkan statistik OJK per Agustus 2022, piutang pembiayaan alat berat senilai Rp34,61 triliun tercatat tumbuh 19,5 persen (year-to-date/ytd) ketimbang akhir tahun lalu, dan jumlahnya belum pernah turun sejak Juni 2021.
Ketua Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) Etot Listyono mengungkapkan per Agustus 2022 penjualan alat berat tembus 13.963 unit, tercatat naik 58 persen (year-on-year/yoy) ketimbang periode sama tahun lalu sebanyak 8.821 unit, dan sedikit lagi melampaui capaian sepanjang tahun lalu di angka 14.567 unit.
Baca Juga
"Perkiraan kami, penjualan bisa menyentuh sekitar 20.000 unit di akhir tahun nanti, sehingga akan menembus rekor penjualan terbesar buat industri alat berat di Indonesia sepanjang masa," ujarnya dalam pemaparannya di diskusi bersama APPI.
Berdasarkan sektoral per Agustus 2022, penjualan alat berat untuk sektor agri tumbuh 84 persen yoy menjadi 1.513 unit, sementara sektor kehutanan tumbuh 13 persen yoy menjadi 1.687 unit.
Sektor konstruksi pun tumbuh 41 persen yoy menjadi 4.854 unit. Adapun, pertumbuhan paling signifikan berasal dari sektor pertambangan yang tumbuh 93 persen yoy menjadi 5.909 unit.
Emiten sektor pembiayaan PT Radana Bhaskara Finance Tbk. (HDFA) menjadi salah satu contoh multifinance yang mulai meraup berkah pertumbuhan alat berat pada tahun ini dan masih optimistis bisa menyalurkan Rp2 triliun.
Sebagai gambaran, tahun lalu leasing bagian Grup Trakindo ini membukukan pembiayaan baru senilai Rp1,48 triliun. HDFA pun baru saja memilih fokus melayani pembiayaan alat berat dan layanan pembiayaan factoring sejak 2021, setelah sebelumnya turut bermain dalam pembiayaan mobil bekas.
Direktur Keuangan Radana Finance Rizalsyah Riezky mengungkap sampai September 2022, realisasi pembiayaan baru pihaknya telah menembus Rp1,4 triliun. Optimisme mencapai target tahunan pun masih kuat.
"Realisasi pembiayaan tersebut melesat 49 persen dari tahun sebelumnya, di mana mayoritas disalurkan untuk sektor pertambangan dan konstruksi. Kami masih optimistis untuk mencapai target pertumbuhan 20 persen sampai 30 persen pada akhir tahun nanti, seiring momentum dari komoditas yang belum habis," ujarnya kepada Bisnis.
Emiten sektor pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) membidik peluang pulihnya kinerja portofolio pembiayaan alat berat, truk, dan peralatan usaha lain-lain (HETO) dari sektor pertambangan dan konstruksi.
"Momentum pembiayaan alat berat salah satu yang signifikan dan cukup besar buat kami, di mana sampai September 2022 tumbuh sekitar 50 persen dari periode yang sama tahun lalu," ujar Direktur Keuangan BFIN Sudjono ketika dikonfirmasi Bisnis.
Sebagai gambaran, portofolio pembiayaan alat berat dan permesinan BFI Finance mencapai Rp2 triliun, tercatat berkontribusi sebesar 12 persen dari total portofolio kelolaan senilai Rp16,8 triliun pada pertengahan tahun ini.
Sementara itu, Direktur Utama PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) Harjanto Tjitohardjojo mengungkap optimisme serupa terkait pembiayaan alat berat pada tahun ini, kendati pihaknya baru memulai lagi menyalurkan kredit alat berat selepas pandemi Covid-19 mereda.
"Tahun ini pembiayaan alat berat CFIN diprediksi bisa mencapai Rp300 miliar. Sepanjang periode 2021 lalu, pembiayaan alat berat kami tidak sampai Rp100 miliar. Jadi memang ada momentumnya," ungkapnya.