Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Rencana Danamon Group (BDMN) di Balik Geliat Kendaraan Listrik

Danamon Group tengah berdiskusi dengan salah satu manufaktur untuk berkolaborasi dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.
Gedung Bank Danamon.
Gedung Bank Danamon.

Bisnis.com, JAKARTA — Upaya pemerintah dalam mendorong kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) membutuhkan dukungan lembaga keuangan. Dukungan tersebut harus dilakukan sejak saat ini agar pada 2030, Indonesia memiliki ekosistem EV yang matang, termasuk industri baterai yang dapat bersaing dengan negara-negara lain.

Dalam acara The Indonesia 2023 Summit: Rebuild The Economy 2023 pekan lalu, Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengaskan saat ini pemerintah fokus dalam upaya pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).

Pahala menuturkan bahwa Indonesia memiliki potensi menjadi rantai pemasok baterai EV global di masa depan, sebab memiliki cadangan nikel terbesar. Pembuatan EV, lanjut dia, 35 persen komponennya berasal dari baterai dan nikel menjadi bagian dari 65 persen bahan dasar yang dibutuhkan untuk memproduksi baterai.

Dia mendorong agar makin banyak bank maupun multifinance yang bersedia memberikan pembiayaan pada kendaraan listrik di Tanah Air. Saat ini masih sedikit sektor keuangan yang terlibat dalam pembiayaan EV.

“Jadi ini sebenarnya satu hal yang kita perlu benar-benar kerjakan.Jadi saat ini kita mungkin harus mencobanya dengan perusahaan seperti Bank Danamon dan Adira Finance jelas salah satu pemain kunci di sana,” kata Pahala di Jakarta.

Menurutnya, jika banyak perusahaan pembiayaan terlibat, hal itu dapat menjadi pengungkit untuk mendorong pengembangan lebih banyak kendaraan listrik di Tanah Air.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Yasushi Itagaki mengatakan dalam mendukung pertumbuhan EV di Tanah Air, Danamon menerapkan berbagai strategi.

Beberapa waktu lalu perseroan berkerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membangun tempat pengisian baterai mobil listrik di lokasi perkantoran. Danamon menjadi bank pertama yang memiliki tempat pengisian baterai mobil listrik di kawasan perkantoran.

Selain itu, lanjutnya, Danamon juga telah memiliki program yang membantu para pegawainya untuk membeli EV dan membangun panel tenaga surya di rumah mereka.

“Jadi kami memulai dari ekosistem yang kami miliki untuk mengimplementasikan Go Green. Selanjutnya, kami berencana untuk menghadirkan model skema pembayaran bagi para nasabah umum untuk dapat membeli EV,. Itu adalah langkah selanjutnya,” kata Itagaki kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.

Itagaki menturkan untuk mewujudkan rencana tersebut perusahaan saat ini sedang dalam tahap pembicaraan dengan salah satu manufaktur kendaraan. Rencana ini tidak berhenti di Bank Danamon, juga nantinya di Adira Finance, anak usaha Bank Danamon, sehingga mereka dapat membantu pelanggan memiliki kendaraan listrik.

Dia meyakini skema pembiayaan yang tepat akan menjadi kunci dalam mendukung perkembangan EV di Tanah Air. “Saat ini skema tersebut masih disempurnakan,” kata Itagaki.

Tantangan Unik

Itagaki menuturkan terdapat tantangan yang unik dalam mengemas skema pembiayaan ini, salah satunya adalah penilaian terhadap komponen-komponen dalam kendaraan listrik tersebut.

Perusahaan terus mengumpulkan data, sebab jika perusahaan ingin terlibat dalam pembiayaan EV, perlu memiliki keterampilan dalam penilaian EV. Apalagi, komponen EV berbeda dengan kendaraan yang ada saat ini.

Misalnya, baterai dalam kendaraan listrik. Sebagai teknologi baru, baterai dalam EV masih terus berkembang. Perusahaan belum banyak mengetahui mengenai teknologi ini.

Dengan terjadi pemahaman yang sama terhadap kendaraan listrik, maka perbankan akan makin yakin dalam menyalurkan pembiayaan untuk kendaraan listrik, kemudian industri kendaraan listrik berkembang makin masif.

“Skema ini akan memberi kepuasan bagi semuanya. Bagi nasabah, manufaktur dan perbankan. Untuk ekosistem,” kata Itagaki.

Senada, Direktur Utama PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) I Made Dewa Susila mengatakan bagi perusahaan pembiayaan ada proses pembelajaran yang harus dilakukan sebelum terlibat lebih dalam di industri EV.

Proses pembelajaran ini akan berkembang secara paralel dengan perkembangan industri EV di Indonesia. Dari total 5 juta kendaraan roda dua dan 800.000 kendaraan roda empat yang terjual pada tahun ini, menurutnya, porsi EV terus berkembang.

“Memang belum sampai pada level 5 persen atau 10 persen [dari total kendaraan terjual], tetapi kita tidak bisa mengabaikan ini. Jadi kita harus siap mengantisipasi tren beralihnya sebagian konsumen ke EV,” kata Dewa.

Dia juga mengatakan bahwa saat ini EV baru masuk ke konsumen kalangan kelas atas. Pertumbuhan EV diperkirakan akan masif ketika masuk ke kelas menengah.

Langkah Manufaktur

Pada acara yang sama, produsen kendaraan dan komponen roda empat mengungkapkan komitmen mereka dalam mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

Project General Manager of Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Co. Ltd Indra Chandra Setiawan mengatakan Toyota-Daihatsu menjadi satu satunya pembuat mobil di dunia yang memproduksi mobil listrik dengan banyak model.

Untuk mobil hybrid (HEV), kata Indra, Toyota memiliki 48 model, model PHEV sebanyak 5 model, model BEV sebanyak 8 model, dan 2 model FCEF

“Dan jika kita jumlahkan ini semua dari tahun 1997 sampai sekarang, kami hampir menjual 20 juta kendaraan dan kami menghemat 160 juta metrik tons of CO2 emission,” kata Indra.

Kebutuhan pembiayaan dalam pengembangan EV diakui cukup besar oleh Director PT Astra Otoparts Tbk. Kusharijono. Dia mengatakan pengembangan kendaraan listrik akan mendorong industri komponen melakukan transisi dan sedikit perubahan komponen-komponen, sehingga membutuhkan modal.

“Hal itu butuh waktu, butuh dana dan riset. Kira-kira sekitar 40 persen dari industri komponen mungkin saat ini ada di engine industri,” kata Kusharijono.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper