Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah musim dingin sektor teknologi alias tech winter, perusahaan financial technology (fintech) Xendit optimis bisnisnya masih dalam tren pertumbuhan sepanjang tahun ini. Optimisme ini seiring dengan jumlah transaksi perusahaan yang mengalami pertumbuhan dalam 2 tahun terakhir ini.
Xendit adalah perusahaan startup Asia Tenggara pertama yang lulus dari program inkubasi startup dari YCombinator. Menurut COO dan Co-Founder Xendit Tessa Wijaya, bisnis perusahaan terus bertumbuh secara positif dan fokus utama saat ini adalah memberdayakan lebih banyak pelaku bisnis dan UMKM di Asia Tenggara.
“Fokus utama kami saat ini adalah UKM di Asia Tenggara. Kami ingin membantu untuk memanfaatkan pembayaran digital dengan payment gateway yang aman, terjamin, dan handal,” ujar Tessa kepada Bisnis, Minggu (18/12/2022).
Tessa menyampaikan bahwa Xendit melayani semua pelaku bisnis dari berbagai skala, mulai dari UMKM lokal, startup ternama, hingga perusahaan multinasional seperti Samsung.
“Xendit memproses jutaan transaksi setiap bulan, dengan pertumbuhan 25 persen month on month selama 2 tahun terakhir. Kami ingin mengoptimalkan upaya kami untuk mempermudah pembayaran, di mana saja, dan kapan saja,” tambahnya.
Pertumbuhan pesat tersebut disebabkan oleh meningkatknya transaksi pembayaran digital di Indonesia. Tessa menyampaikan bahwa pembayaran merupakan komponen penting di setiap bisnis online, dan Xendit menyakini dapat memanfaatkan peluang emas ini di wilayah Asia Tenggara.
Baca Juga
“Meskipun sebagian besar negara di Asia Tenggara masih dalam tahap awal digitalisasi pembayaran, tapi ada banyak potensi karena sekarang mereka menggunakan internet untuk menggerakkan hampir semua aspek ekonomi,” ujar Tessa.
Sejauh ini Xendit telah memiliki dari 3 ribu pelanggan. Prioritas utama Xendit adalah solve for customers.
“Kami ingin membantu pelanggan untuk bisa sukses di bidangnya masing-masing, dan karena itu kami berfokus untuk selalu mengeluarkan inovasi pembayaran digital yang paling cocok untuk pengguna di Asia Tenggara,” ujar Tessa.
Sebagaimana catatan, pemerintah dan regulator Indonesia juga tampak masih mendukung pertumbuhan industri pembayaran digital melalui berbagai inisiatif. Mulai dari peluncuran BI SNAP, QRIS dan menerima pembayaran lintas batas melalui QR yang memungkinkan para pelaku fintech untuk terus berinovasi dan mendukung pertumbuhan bangsa.