Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat perusahaan pembiayaan (multifinance) atau leasing menjadi industri dengan kontribusi tertinggi dalam menerbitkan surat utang (obligasi) pada kuartal I/2023, meski nominalnya turun menjadi Rp9,67 triliun.
Kepala Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito mengatakan kontribusi penerbitan surat utang korporasi oleh industri multifinance masih tertinggi selama kuartal I/2023.
“Penerbitan surat utang dari industri multifinance berkontribusi sekitar 34,8 persen dari total penerbitan Rp27,79 triliun selama kuartal I/2023,” ungkap Danan kepada Bisnis, Rabu (24/5/2023).
Baca Juga : Penerbitan Obligasi Leasing Turun Jadi Rp9,67 Triliun pada Kuartal I/2023, Ini Penyebabnya |
---|
Danan menuturkan bahwa persentase porsi industri multifinance jauh lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa industri lainnya.
Pefindo mencatat, telekomunikasi menjadi industri kontributor kedua dalam menerbitkan surat utang pada kuartal I/2023 dengan kue mencapai 19,4 persen dari total industri. Secara nominal, penerbitan surat utang di industri telekomunikasi naik 145,1 persen yoy menjadi Rp5,39 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,2 triliun.
Kontributor ketiga, yaitu industri perusahaan induk investasi dengan porsi 11,5 persen pada tiga bulan pertama 2023. Pefindo mencatat industri ini menerbitkan surat utang sebesar Rp3,2 triliun atau naik 82,9 persen yoy dari kuartal yang sama 2022 sebesar Rp1,75 triliun.
Berikutnya, industri pertambangan dengan porsi penerbitan surat utang mencapai 10,8 persen. Jika dilihat secara nilai, penerbitan surat utang di industri ini bergerak stagnan, yakni dari Rp3 triliun menjadi Rp3 triliun.
Lalu, industri lembaga keuangan khusus menempati posisi dengan kontribusi mencapai 7,2 persen. Pada kuartal I/2023, industri mencatatkan penerbitan surat utang mencapai Rp2 triliun dari semula tidak ada.
Kemudian, industri pulp dan kertas menjadi kontributor keenam dalam penerbitan surat utang, yakni sebesar 6,6 persen dari total industri. Secara nominal, industri ini mencatatkan Rp1,84 triliun atau turun 77,6 persen yoy dari sebelumnya mampu mencapai Rp8,24 triliun.
Selanjutnya, industri kimia dengan kontribusi mencapai 4,5 persen dari total industri. Menyusul industri listrik dan energi dengan porsi 2,2 persen.
Sisanya adalah industri perbankan yang hanya mencetak porsi 1,2 persen dari total industri. Meski demikian, perbankan mengalami pertumbuhan tertinggi selama kuartal I/2023, yakni sebesar 400 persen yoy dari Rp100 miliar menjadi Rp500 miliar.