Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Prospek Bank BUMN hingga Investor IPO BABY

Kinerja perusahaan bank pelat merah dan beberapa isu ekonomi bisnis pilihan lainnya dirangkum dalam Top 5 News BisnisIndonesia.id Sabtu (2/9/2023).
Ilustrasi-Canva
Ilustrasi-Canva

Bisnis, JAKARTA—Bank-bank berpelat merah atau bank BUMN rata-rata telah mencatatkan pertumbuhan moncer laba mereka pada paruh pertama 2023. Bagaimana nasibnya pada paruh kedua tahun ini?

Kinerja perusahaan  bank pelat merah menjadi  salah satu isu yang dikemas secara analitik dan mendalam di BisnisIndonesia.id. Berikutnya juga dirangkum beberapa isu ekonomi bisnis pilihan lainnya dalam Top 5 News BisnisIndonesia.id  Sabtu (2/9/2023).

1. Meneropong Prospek Bank BUMN di Paruh Kedua 2023

Bank-bank berpelat merah atau bank BUMN rata-rata telah mencatatkan pertumbuhan moncer laba mereka pada paruh pertama 2023. Bagaimana nasibnya pada paruh kedua tahun ini?

Salah satu bank BUMN yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) telah meraup laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp29,56 triliun pada semester I/2023, naik 18,85 persen secara tahunan (year-on-year/ YoY).

Direktur Utama BRI, Sunarso, mengatakan bahwa ada sejumlah faktor utama yang menjadi penopang kinerja BRI, mulai dari kredit mikro dan dana murah yang tumbuh double digit.

“Tak hanya itu, kualitas aset yang terjaga, rasio efisiensi yang membaik, serta proporsi fee based income [pendapatan berbasis komisi] yang tumbuh konsisten dan semakin solidnya kinerja perusahaan anak yang tergabung serta terus meningkatkan kontribusi ke BBRI,” ujarnya dalam paparan kinerja, Rabu (30/8/2023).

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) telah meraup laba bersih konsolidasi Rp25,23 triliun pada semester I/2023, naik 24,9 persen YoY. 

Bank pelat merah lainnya yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan laba bersih Rp10,30 triliun pada semester I/2023, naik 17,0 persen YoY.

Kemudian PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mencatatkan kinerja laba yang tumbuh minimalis hanya 0,23 persen YoY menjadi Rp1,47 triliun pada paruh pertama 2023.

2. Mengangkangi Proyeksi, Inflasi per Agustus Kian Terkendali

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia atau Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 3,27 persen pada Agustus 2023 secara tahunan. Secara bulanan, BPS mencatat terjadi deflasi secara bulanan (month-to-month/mtm) sebesar 0,02 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan bahwa tingkat inflasi tersebut menurun dibandingkan dengan posisi inflasi bulan sebelumnya.

“Pada Agustus 2023 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen secara bulan ke bulan atau terjaid penurunan IHK dari 115,24 pada Juli 2023 menjadi 115,22 pada Agustus 23,” katanya dalam konferensi pers, pagi ini, Jumat (1/9/2023).

Capaian ini berbalik dari konsensus Bloomberg yang terdiri dari 27 ekonom memperkirakan inflasi Agustus 2023 akan naik, dengan nilai tengah rata-rata prediksi di level 3,34 persen (yoy). 

Dari 27 ekonom, hanya Moodys Analytics Singapore Pte. Ltd. Yang memproyeksikan inflasi RI untuk bulan kedelapan ini di bawah 3 persen, yakni 2,9 persen. 

Sementara proyeksi tertinggi dirilis oleh Mohamed Faiz Nagutha dari Bank of Amerika NA dan Sin Beng Ong dari JP Morgan Chase Bank NA, dengan nilaai 3,5 persen (yoy). 

3. Emiten Konsumer Berlomba Pacu Belanja Iklan

Momentum Pemilihan Umum 2024 yang bakal dimulai pada akhir tahun ini bakal menjadi kesempatan bagi emiten barang konsumsi untuk memacu penjualan. Seiring dengan itu, belanja iklan dan promosi pun diperkirakan meningkat.

Di antara emiten konsumer berkapitalisasi jumbo, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) menjadi yang paling royal menggelontorkan dana untuk iklan dan promosi. Selama periode Januari—Juni 2023, beban iklan, riset pasar dan promosi UNVR menembus Rp2,21 triliun.

Meski lebih rendah 5,65 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, pengeluaran iklan dan promosi ini melampaui Indofood dan Mayora. 

Sebagai perbandingan,  PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) mencatat pengeluaran pada pos beban tersebut turun 4,67 persen year-on-year (YoY) dari Rp1,27 triliun menjadi Rp1,21 triliun.

Sementara itu, anak usaha INDF produsen Indomie PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)  melaporkan penurunan sebesar 1,99 persen YoY dari Rp1,18 triliun menjadi Rp1,16 triliun.

PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) menjadi emiten konsumer yang mencatatkan kenaikan tertinggi untuk belanja iklan dan promosi. Selama kurun Januari—Juni 2023, dana yang digelontorkan MYOR untuk iklan dan promosi mencapai Rp1,43 triliun atau naik 14,91 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya di Rp1,24 triliun.

Investment Analyst di Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian, menilai belanja iklan yang tetap tinggi dipicu oleh musim kampanye Pemilihan Umum 2024 yang makin dekat.

“Emiten konsumer memanfaatkan momentum sebelum masa kampanye karena biayanya tidak terlalu mahal,” kata Fajar, Selasa (29/8/2023).

4. Satu Lagi Rencana Merger Lainnya dari Erick Thohir

Langkah merger rezim Erick Thohir di Kementerian Badan Usaha Milik Negara terus berlanjut. Selain rencana maskapai penerbangan nasional, Erick berencana melebur perusahaan plat merah di sektor galangan kapal.

Rencana ini disampaikan saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Rabu (31/8/2023). Dalam paparannya, merger direncanakan untuk meningkatkan produksi serta kepakaran atau expertise perusahaan galangan kapal pelat merah.

Bagi kementerian itu, sebagai negara maritim, sektor-sektor usaha di Indonesia akan membutuhkan kapal dalam jumlah yang cukup besar. Tak pelak rencana merger ini menjadi salah satu program prioritas Kementerian BUMN pada 2024.

“Industri pertahanan kan butuh kapal, Pertamina butuh kapal, dan ada industri-industri lain. Tapi, saat ini perusahaan-perusahaannya disehatkan dulu,” katanya, Rabu (31/8/2023).

5. Investor di Balik IPO Pengelola Mothercare hingga Coach (BABY)

Bagi kalangan pasar, nama Manoj Bharwani mungkin tidak asing di telinga. Dia adalah konglomerat yang menghadirkan jenama brand jetset gaya hidup khususnya ibu dan anak. Sebut saja di antaranya adalah Gingersnaps, Mothercare, Havaianas, Kate Spade, hingga Coach.

Merek tersebut hadir melalui Kanmo Group, yang didirikan pada 2005 sebagai mitra dari berbagai brand ternama di dunia. Manoj Bharwani, keturunan keluarga kaya Bharwani yang kini menduduki jabatan sebagai Komisaris di Kanmo Group.

Saat pertama kali didirikan, Kanmo Group berdiri di baawah K.Aloomall Group yang sudah terlebih dahulu berdiri sejak 1940 di Indonesia, dan membuka gerai Mothercare di Mall Taman Anggrek.  Tak berhenti, pada 2008 Kanmo membuka gerai Early Learning Centre yang menjual mainan dan aksesoris bayi dan anak-anak di Pacific Place Mall. 

Terus berekspansi, Kanmo Group merambah ke brand fesyen wanita kelas atas dengan membuka gerai Coach pada 2012 dan membuka gerai Flagship Coach pertama di Indonesia di Grand Indonesia pada 2015. Hingga di tahun yang sama, Kanmo Group merayakan pembukaan 100 gerai di Indonesia.  

Menambah pengembangan usaha dan jaringan bisnis, perusahaan ritel di bawah naungan Kanmo Group milik Manoj Bharwani, dalam hal ini PT Multitrend Indo Tbk. tengah bersiap menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.   Calon perusahaan yang akan mendapat kode saham BABY ini akan menerbitkan maksimal 600 juta saham atau setara 21,28 persen dari jumlah modal disetor setelah IPO. 

 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper