Di sisi lain, Executive Director Segara Research Institute Piter Abdullah menilai hasil agregat yang tertuang dalam Analisis Uang Beredar Bank Indonesia, yang mencatatkan suku bunga kredit secara keseluruhan turun, ini seharusnya perlu ditelisik lebih dalam, lantaran ada banyak variasi di antara bank-bank individu, terutama dalam kelompok bank kecil.
Dirinya pun menilai kondisi penurunan ini terjadi, karena meskipun beberapa bank kecil mungkin menurunkan suku bunga kredit mereka, tetapi tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank kecil tersebut masih tinggi dibandingkan dengan bank-bank besar.
“Ketika kita melihat data secara agregat atau total dari semua bank, termasuk baik bank besar maupun bank kecil, kita mungkin melihat bahwa suku bunga kredit secara keseluruhan tampaknya mengalami penurunan.” ucapnya pada Bisnis, Selasa (26/9/2023).
Pertama-tama, dia mengingatkan suku bunga tidak hanya berasal dari satu sumber, tetapi ada banyak jenis suku bunga yang berlaku, seperti Suku Bunga Dasar Kredit (SDBK) dan suku bunga antara bank dengan nasabah yang berbeda-beda.
Setiap bank juga memiliki kebijakan yang berbeda dalam menentukan suku bunga kreditnya. “Bank biasanya tidak pernah menurunkan suku bunga [kredit], kalaupun dia menurunkan suku bunga itu case by case, siapa nasabahnya, bagaimana risikonya, kalaupun dia minta turun [suku bunga], ini dicek lagi,” katanya.
Bagi Piter, bank KBMI IV alias bank besar cenderung mempertahankan rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) dengan menahan suku bunga kredit tinggi dan suku bunga deposito.
Sementara, bank menengah hingga kecil, kemungkinan besar menaikkan suku bunga deposito dan menurunkan suku bunga kredit untuk bersaing di pasar.
Lebih lanjut, dia menuturkan perbedaan perilaku antara kelompok bank besar dan bank kecil adalah soal kondisi likuditas.
Di mana, bank besar memiliki likuiditas yang lebih longgar, yang artinya mereka memiliki cukup sumber dana untuk operasional mereka tanpa perlu bersaing keras untuk mendapatkan dana tambahan dari nasabah.
Sementara itu, bank kecil alias KBMI I memiliki likuiditas ketat, yang berarti mereka perlu bersaing lebih keras untuk mendapatkan dana.
“Satu-satunya sumber penerimaan bank kecil itu menyalurkan kredit, karena fee based income mereka kecil dan mereka tidak bisa bermain di pasar uang karena cost of fund tinggi,” ucapnya.