Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Risiko Kredit Bank Digital Saat Andalkan AdaKami dkk Lewat Skema Channeling

Bank digital mengandalkan skema channeling dalam menyalurkan kredit, termasuk kerja sama dengan platform fintech P2P lending.
Karyawati melayani nasabah di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Selasa (19/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawati melayani nasabah di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Selasa (19/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bank digital mengandalkan skema channeling dalam menyalurkan kredit, termasuk kerja sama dengan platform financial technology (fintech) peer-to-peer (P2P) lending. Saat menjalankan skema penyaluran kredit tersebut, bank digital tetap berupaya menjaga risiko kreditnya.

Upaya itu dilakukan bank digital karena pemain fintech P2P lending mendapat perhatian serius atas masalah kredit macetnya.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan bank-bank yang memiliki portofolio pembiayaan di fintech P2P lending itu mestinya melakukan evaluasi, terutama atas kerja samanya dengan pemain fintech P2P lending yang tengah menghadapi masalah kredit macet signifikan.

"Ke depannya bank akan lebih selektif dan ketat dalam memberikan pembiayaan ke fintech," ujarnya pada Bisnis, akhir pekan ini (29/9/2023).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri mencatat kredit macet alias TWP 90 di fintech P2P lending mencapai level 3,29 persen per Juli 2023. Jumlah kredit macet perusahaan pinjol ini secara rasio mengalami penurunan dari posisi Mei 2023 yang mencapai 3,36 persen.

Meskipun demikian, tidak dijelaskan apakah penurunan rasio karena membesarnya kredit yang dikucurkan atau memang ada penanganan penyelesaian.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan terdapat 24 perusahaan fintech P2P lending yang memiliki TWP 90 lebih dari 5 persen. Jumlah itu setara dengan 23,52 persen pelaku usaha yang mencapai 102 perusahaan.

Adapun, bank-bank digital tercatat mengandalkan skema channeling termasuk kerja sama dengan fintech P2P lending ini dalam menyalurkan kredit.

PT Bank Jago Tbk. (ARTO) misalnya mengacu laporan keuangan tahunan 2022, menjalankan penetrasi bisnis melalui kerja sama dengan 38 mitra termasuk fintech P2P lending di antaranya AdaKami, Kredit Pintar, dan Atome.

Khusus AdaKami, Bank Jago sendiri melakukan channeling kredit sejak 2021. Kemudian, perjanjian ini diperpanjang pada 2022 dan berlaku hingga 2023 ini.

Namun, Direktur Bank Jago Sonny Christian Joseph mengatakan dalam menjalankan skema channeling, perseroan tetap menekankan prinsip kehati-hatian dan menerapkan skema mitigasi risiko yang tepat atas kemungkinan keterlambatan pembayaran oleh peminjam di fintech P2P lending.

"Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit kemitraan yang sangat baik, diiringi dengan kualitas portofolio yang sehat, termasuk dari kemitraan P2P lending," tuturnya kepada Bisnis.

Menurutnya, pemilihan mitra fintech P2P lending yang tepat menjadi kunci bagi Bank Jago untuk menjaga kualitas penyaluran kredit. Mekanisme kerja sama dengan P2P lending mengacu pada ketentuan yang telah diatur pada Peraturan OJK, baik yang diterbitkan OJK perbankan maupun Direktorat Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Financial Technology (DP3F).

Mekanisme itu meliputi pengaturan mengenai penyaluran pinjaman maupun pengadministrasiannya. Jangka waktu kerja sama umumnya satu tahun, dan setelah itu dapat ditinjau kembali untuk diperpanjang ataupun dihentikan.

Tercatat, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross ARTO pun turun dari level 2,7 persen pada Juni 2022 menjadi 1,2 persen pada Juni 2023. Lalu, NPL nett susut dari 1,41 persen pada Juni 2022 menjadi 0,19 persen pada Juni 2023.

PT Bank Seabank Indonesia alias Seabank pun turut mengandalkan skema channeling melalui kerja sama dengan fintech P2P lending dalam menyalurkan kredit. Tercatat, sejumlah fintech P2P lending yang menjadi mitra Seabank di antaranya AdaKami, Rupiah Cepat, hingga EasyCash.

Dengan Adakami, kerja sama sebagai mitra tergolong baru, tepatnya baru dimulai April tahun ini. Dalam perjanjian tersebut, Seabank menyatakan komitmen untuk memberikan amunisi dana yang "bisa diputar" dengan nilai maksimal Rp300 miliar.

"Kami antusias dan optimis bahwa sinergi ini dapat menjangkau dan melayani segmen masyarakat underserved yang membutuhkan fasilitas perbankan," terang Direktur Bisnis Seabank Junedy Liu ketika meresmikan kerja sama tersebut, dalam pernyataan tertulis belum lama ini.

Namun, SeaBank mampu menjaga kualitas kreditnya. Rasio NPL gross SeaBank turun dari 2,17 persen pada Juni 2022 menjadi 2,09 persen pada Juni 2023. Lalu, NPL nett bank digital besutan induk Shopee ini turun dari 0,22 persen pada Juni 2022 menjadi 0,13 persen pada Juni 2023.

Bank digital besutan konglomerat Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), juga menyalurkan kredit menggunakan skema channeling.

Menurut Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo, skema tersebut sebetulnya memberi keuntungan bagi bank dalam menjaga risiko kredit.

"Dengan kolaborasi, jadinya kita berbagi risiko. Tidak masuk ke open banget, kita bisa lihat partner yang punya history customer," ujarnya setelah acara Open Finance Summit 2023 pada Juni lalu (21/6/2023) di Jakarta. 

Melalui skema channeling, Allo Bank juga mampu menganalisis risiko calon nasabah melalui teknologi yang diterapkan oleh partner. "Itu fungsi kolaborasi, lebih efisien, monetize lebih baik lagi," ujarnya.

Tercatat, Allo Bank mempunyai rasio NPL gross di level 0,05 persen pada Juni 2023. Lalu, NPL nett mencapai 0,03 persen per semester I/2023.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper