Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom BCA: Bank Masih Ogah Naikkan Bunga KPR, Ini Penyebabnya!

Ekonom BCA Group David Sumual mengungkapkan bank masih ogah menaikkan bunga KPR. Apa penyebabnya?
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Chief Economist of BCA Group David Sumual menilai saat ini perbankan masih enggan menaikkan bunga kredit konsumer, termasuk kredit kepemilikan rumah (KPR) meski di era suku bunga yang tinggi. 

Sebagaimana diketahui, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 23-24 April 2024 menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 bps menjadi 6,25%. Normalnya, kredit rumah tangga seperti KPR bakal tersengat kenaikan suku bunga acuan.

“Sejauh ini suku bunga masih kondusif, walau BI Rate naik 0,25% ternyata suku bunga untuk kredit konsumer, termasuk KPR tidak naik. Jadi kalau kita lihat, BCA masih menahan sampai sekarang ya,” ucapnya dalam Webinar Next Government Policy & Global Tension, Rabu (15/5/2024)

Secara teori, dia menilai kenaikan suku bunga BI Rate seharusnya juga diikuti oleh kenaikan suku bunga pinjaman, termasuk KPR. 

Namun, kata David, hal ini tidak terjadi untuk sekarang. Pasalnya, persaingan yang ketat di ceruk KPR.

"Bank-bank masih enggan untuk menaikkan suku bunga mereka, karena ketatnya persaingan. Namun, perbankan tetap perlu memantau likuiditas," imbuhnya. 

Strategi Perbankan 

Dari sisi perbankan, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebutkan bahwa ini rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BCA berada di kisaran 70%-71%, meski permintaan kredit kencang. 

Terkait dengan kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate, dia menyampaikan belum tentu BCA akan mengikuti kenaikan baik untuk suku bunga kredit maupun simpanan jika memang ada kenaikan bunga acuan. Menurutnya, BCA akan senantiasa melihat kebutuhan.

"Kalau likuiditas baik, tidak perlu serta merta ikut naik. Suku bunga BI kan benchmark, tidak harus selalu diikuti. Tergantung kondisi bank masing-masing," ujarnya.

Senada, Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan pihaknya masih mempertimbangkan penyesuaian suku bunga. 

Memang, kenaikan BI Rate memang lebih berpengaruh pada KPR yang tidak bersubsidi. Sementara, KPR subsidi melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tidak terpengaruh oleh kenaikan tersebut karena suku bunganya tetap, yaitu 5% 

"Di KPR non-subsidi memang isunya adalah bagaimana kami bisa menaikkan bunga, tetapi kita harus berhitung. Walau bunga naik, kita belum tentu menaikkan," kata Nixon dalam Paparan Kinerja pekan lalu, Kamis (29/4/2024) 

Pasalnya, risiko kualitas kredit yang ditinjau dari status kolektibilitas (Kol) debitur kemungkinan memburuk bila bunga kredit dinaikkan. 

Tak hanya kedua bank, PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) juga belum memiliki rencana untuk menaikkan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di tengah era suku bunga acuan yang tinggi

Head Consumer Funding & Wealth Business Danamon Ivan Jaya mengatakan pihaknya masih memperhatikan situasi pasar terkait hal tersebut.  Selain itu, Bank Danamon juga masih optimistis mengincar pertumbuhan kredit pada segmen konsumer. Untuk menarik permintaan, pihaknya tentu belum berencana menaikkan bunga kredit. 

“Untuk menaikkan suku bunga KPR saat ini belum saatnya, kami juga masih memperhatikan demand di market. Jadi, untuk saat ini jawabannya adalah tidak langsung merespons secara langsung bahwa bunga dinaikkan,” kata Ivan ditemui di Menara Bank Danamon, Jakarta Rabu (8/5/2024). 

Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis BI, kredit properti tetap bertumbuh di level 7,7% secara tahunan pada Maret 2024, menjadi Rp1.348,6 triliun. Namun, pertumbuhan kredit properti melambat dibandingkan bulan sebelumnya di level 7,9%. 

Khusus untuk KPR, kinerjanya masih menjanjikan tumbuh 14,2% yoy menjadi Rp740,4 triliun, lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 12,6% yoy. 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper