Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Abraham Wahyu Nugroho

Analis Bank Indonesia

Lihat artikel saya lainnya

OPINI : Minat KPR & Bunga Acuan

Sektor pembiayaan perumahan atau KPR memiliki daya ungkit tinggi dalam perekonomian.
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Tempat tinggal, apapun bentuk dan ragamnya— landed atau non landed house, merupakan kebutuhan primer manusia. Kekhasan harga yang kian tak terjangkau untuk sebagian orang merupakan pengeluaran terbesar sepanjang hidup.

Untuk menyiasati, industri perbankan saat ini banyak menawarkan fasilitas KPR dengan tenor panjang sampai 30 tahun, bahkan 35 tahun. Strategi ini sekiranya cocok didesain bagi kaum muda yang masih mengalami keterbatasan pendapatan.

Memang banyak perdebatan dengan panjangnya tenor ini, di mana akumulasi beban bunga pasti semakin besar. Namun, ini merupakan jalan terbaik saat banyak generasi muda susah memiliki properti.

Secara makro industri KPR nasional—yang nyata berkorelasi atau trickle down effect ke industri pendukung lain—masih terbatas sumbangannya pada PDB. Data dari CEIC mengatakan bahwa rasio sumbangan KPR terhadap PDB Indonesia hanya 3%, masih kalah dibanding peers seperti Thailand sebanyak 22,3%, atau bahkan Malaysia sebesar 38,4%.

Pemangku kebijakan, misalnya BI, terus mencermati hal ini. Terlebih sektor kredit atau pembiayaan perumahan memiliki daya ungkit tinggi dalam perekonomian. Contohnya, seperti pada tahun lalu BI melakukan paket Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) kepada perbankan yang masif mengucurkan kredit perumahan. Kabar baiknya, tahun ini kebijakan KLM terus dilanjutkan tapi dengan beberapa penguatan.

Selain daya ungkitnya yang sarat akan padat karya padat modal, pemilihan sektor perumahan ini beralasan, mengingat risiko kredit reratanya yang relatif terjaga sebesar 3% s/d 4% dalam 4 tahun belakangan. Hal tersebut disertai pertumbuhan penjualan sektor perumahan yang relatif terakselerasi secara baik, terlebih pasca­pandemi.

Khusus untuk tahun lalu, data menunjukkan pertumbuhan KPR cukup menggembirakan dengan rerata pertumbuhan 12% yoy, yang merupakan raihan angka tertinggi sejak 2019.

Dilihat dalam rentang 5 tahun serta dari segi ukurannya, KPR rumah tapak menengah (> 21 - 70) mendominasi pertumbuhan penjualan dibandingkan tapak kecil (≤ 21) maupun besar (> 70) yang keduanya sempat terkoreksi dalam saat pandemi. Saat ini ketiganya berangsur membaik dengan perkembangan berturut-turut 8,42% yoy, 47,43% yoy, dan 18% yoy.

Menariknya, Generasi Y atau dikenal istilah kaum milenial (dengan rentang usia 20-40 tahun) tampaknya mendominasi sebesar 72% dari total KPR dengan preferensi rumah tapak skala menengah sampai dengan besar. Dari data, kelompok umur ini juga dikenal memiliki risiko NPL yang rendah (1,61%) dibanding rentang generasi lainnya (baby boomer sebesar 1,96%, X sebesar 2,09%).

Ini dapat menjadi premis apabila kelompok muda milenial sebenarnya mampu membeli rumah asalkan memanfaatkan fasilitas KPR secara bijak. Industri perbankan dan keuangan juga selayaknya mengolah dengan baik ceruk pasar ini melalui penawaran beragam paket promosi. Ke depan, bonus demografi yang berkualitas secara ekonomi diproyeksikan mampu mengakselerasikan pertumbuhan KPR serta tidak menutup kemungkinan menggeser minat generasi yang lebih muda (gen Z).

TERUS TUMBUH

Membaca data Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI terkini, di mana penjualan properti residensial pada triwulan IV 2023 meningkat 3,27% yoy dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,59% yoy, menjadi premis bahwa angka penjualan rumah masih akan tetap kuat.

Pun, KPR diproyeksikan akan tetap tumbuh pada 2024, mengingat dari total seluruh pembelian rumah, 75,89% didanai dengan skema KPR.

Data paling baru, yakni Survei Konsumen 2024, menguatkan premis tersebut. Salah satu komponen pembentuk survei yaitu indeks pembelian barang tahan lama, termasuk di dalamnya properti, pada Maret 2024 sebesar 111,4 yang meningkat dibanding bulan sebelumnya 110,6.

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menjadi 6,25% pada April ini, diprediksikan tetap membuat kuat pertumbuhan KPR. Hal tersebut didasari data historis selama rentang 2021 sampai 2023, saat kenaikan BI rate pada semester II/2022 malah membuat suku bunga KPR mengalami tren yang menurun (akhir 2023 untuk fixed rate sebesar 5,93% dan floating rate sebesar 7,8%).

Dari sisi moneter, industri perbankan yang dinilai berperan aktif menyalurkan pembiayaan atau kredit kepada sektor ber-multiplier effect seperti properti, memperoleh insentif melalui skema kebijakan KLM. Insentif likuiditas berbentuk pelonggaran kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM) yang ada di BI diharapkan menjadi tambahan likuiditas perbankan yang nantinya akan kembali disalurkan dalam bentuk kredit atau pembiayaan.

Data per April 2024 menyebut, realisasi KLM memberikan tambahan likuiditas perbankan sebesar Rp81 triliun sehingga total insentif menjadi Rp246 triliun. Diproyeksikan, sampai akhir 2024 tambahan likuiditas dari KLM dapat mencapai Rp115 triliun, sehingga secara total insentif yang diberikan menjadi Rp280 triliun.

Tidak ketinggalan, pemerintah melalui kebijakan fiskalnya berupa insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) untuk pembelian properti maksimal senilai Rp5 miliar, turut menjadi katalis terhadap kenaikan pembelian properti residensial. Diyakini, kedua amunisi kebijakan tersebut mampu menopang pertumbuhan industri KPR secara berkelanjutan di tengah pengetatan suku bunga oleh bank sentral.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper