Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemilik Bank Digital Ramai Suntik Dana, Intip Kondisi Permodalannya!

Seperti apa kondisi permodalan bank digital setelah menerima suntikan dana dari pemegang sahamnya untuk memperkuat modal?
Ilustrasi bank digital. /Freepik
Ilustrasi bank digital. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank digital seperti Superbank dan PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) atau BNC telah menerima suntikan dana dari pemegang sahamnya untuk memperkuat modal pada tahun ini. Adapun, seperti apa kondisi permodalan bank digital itu sejauh ini?

Bank digital milik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), yakni Superbank misalnya mendapat tambahan investasi sebesar Rp1,2 triliun dari pemegang sahamnya, yaitu Grab, Singtel, dan KakaoBank. 

"Kami dapat injeksi total Rp1,2 triliun karena pemegang saham kami mau kasih kepercayaan lebih," kata Direktur Keuangan Superbank Melisa Hendrawati dalam media visit pada Kamis (11/7/2024) di Wisma Bisnis Indonesia. 

Penambahan modal dari pemegang saham juga dilakukan seiring dengan langkah Superbank yang sedang banyak berinvestasi meliputi infrastruktur, SDM, hingga sistem. Tujuannya, agar bisa memberikan layanan produk keuangan yang mudah, cepat, aman dan terpercaya bagi nasabah.

Selain itu, emiten bank digital BBYB menambah tebal kantong modalnya melalui aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) VII atau right issue sebanyak 1,31 miliar lembar.

Adapun, harga pelaksanaan right issue kali ini sebesar Rp300 per saham, sehingga seluruhnya berjumlah sebanyak Rp393,5 miliar. Right issue akan digelar pada 16 Juli 2024 – 22 Juli 2024.

"Kami merasa aksi korporasi right issue ini akan berdampak strategis untuk perseroan dalam mendukung peningkatan kinerja yang lebih optimal," kata Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo.

Pemegang saham BBYB, yakni PT Akulaku Silvrr Indonesia akan melaksanakan seluruh haknya dan membeli seluruh sisa saham baru yang tidak diambil bagian oleh pemegang saham lain secara tunai diatas harga pasar saat ini. 

Selain itu, PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) atau Bank Saqu juga mendapatkan suntikan modal dari pemegang sahamnya PT Astra International Tbk. (ASII) melalui PT Sedaya Multi Investama (SMI) atau Astra Financial sebesar Rp444,81 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi, ASII memberitahukan adanya transaksi afiliasi antara anak usahanya yakni SMI dengan BJJ pada 27 Juni 2024. Obyek transaksi adalah sebagian saham baru BJJ sebanyak 130.586 lembar dengan nilai per saham sebesar Rp3.406.31, yang diambil bagian oleh SMI.

Manajemen ASII menjelaskan transaksi afiliasi itu dilakukan dengan tujuan untuk memberikan dukungan pendanaan kepada BJJ, yang akan digunakan oleh BJJ untuk keperluan umum korporasi. "Bagi SMI, pelaksanaan transaksi dapat memberikan manfaat finansial berupa dividen sebagai imbal hasil investasi di BJJ," tulis ASII di keterbukaan informasi pada pekan lalu (1/7/2024).

Kondisi Permodalan Bank Digital

Seiring dengan suntikan modal para pemegang sahamnya, bank digital telah membukukan kondisi permodalan yang kuat meskipun memiliki modal inti kecil. Rata-rata bank digital memang masuk ke dalam kategori bank dengan modal inti (KBMI) I dan II.

Salah satu bank digital, PT Bank Jago Tbk. (ARTO) misalnya mencatatkan modal inti Rp6,7 triliun pada Maret 2024, atau masuk ke dalam kategori KBMI II. 

PT Allo Bank Tbk. (BBHI) memiliki modal inti Rp6,79 triliun pada Maret 2024 dan masuk ke dalam kategori KBMI II. 

Bank digital besutan Astra, Bank Saqu memiliki modal inti Rp6,54 triliun dan masuk KBMI II. Sementara, Superbank masuk ke dalam KBMI I dengan modal inti Rp4,95 triliun. Lalu, BNC memiliki modal inti Rp3,41 triliun dan masuk ke dalam KBMI I.

Namun, bank digital rata-rata memiliki rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang tebal. Superbank misalnya mencatatkan CAR mencapai 178,4% per Maret 2024, jauh di atas rata-rata industri yang mencapai 25%. 

Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan permodalan bank sangat kuat sehingga mampu menopang likuiditas. “Dari loan [kredit] ini dibiayai oleh capital semuanya. Jadi, deposit tidak membiayai loan-nya," ujarnya. 

Superbank memang memiliki loan to deposit ratio (LDR) yang berada di level 515,13% per Maret 2024. Namun, likuiditas bank tetap terkendali karena modal yang kuat.

Sama seperti Superbank, Bank Jago pun memiliki permodalan kuat dengan CAR di level 55,02% per Maret 2024. Alhasil, likuiditas yang ketat dilihat dari LDR Bank Jago berada di level 108,5% tetap bisa dikendalikan.

Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan posisi likuiditas Bank Jago saat ini masih aman. "Hal ini tidak lepas dari tingginya permodalan kami," katanya dalam public expose pada beberapa waktu lalu.

Bank digital lainnya seperti Allo Bank pun memiliki permodalan kuat dengan CAR di level 88,24% per Maret 2024. Lalu, BBYB memiliki CAR 31,95% per Maret 2024. Bahkan, Bank Saqu memiliki CAR di level 143,3% per Maret 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper