Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Citi Indonesia Ramal BI Pangkas Suku Bunga pada September

Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan peluang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia semakin dekat.
Karyawan melintas di gedung Bank Indonesia (BI) di Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di gedung Bank Indonesia (BI) di Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom senior Citi Indonesia memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga acuan pada September mendatang. 

Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan peluang penurunan suku bunga kebijakan di Indonesia semakin dekat. Hal tersebut mengingat kondisi global dan juga kondisi domestik yang sudah membagi.

“Dan perkiraan kami, suku bunga kebijakan atau BI Rate juga sudah akan mulai turun pada bulan September tahun ini,” kata Helmi dalam paparannya di Jakarta pada Kamis (15/8/2024). 

Namun demikian, Helmi mengatakan pihaknya juga ingin mengingatkan bahwa masih ada beberapa risiko ke depannya yang perlu tetap dipantau. Pertama, walaupun inflow ke pasar keuangan Indonesia, terutama pasar Surat Berharga Negara (SBN) menunjukkan bahwa aliran modal masuk, namun menurutnya, di seluruh negara-negara berkembang itu sebenarnya belum terlalu kuat secara keseluruhan. 

“Jadi, kami menduga ada indikasi bahwa inflow yang masuk ke Indonesia ini masih merupakan gejala atau akibat dari pergeseran posisi investor dalam portofolio-nya,” kata Helmi. 

Sementara portfolio emerging market-nya sendiri, kata Helmi, mungkin belum menerima inflow yang signifikan secara keseluruhan. Dengan demikian, lanjut dia, implikasinya adalah keberlanjutan dari inflow ke pasar Indonesia, sekarang ini mungkin akan relatif lebih sensitif terhadap dinamika valuasi atau pergerakan harga-harga aset keuangan.

Helmi menambahkan risiko lainnya adalah risiko eksternal dimana menjelang tiga tahun di Amerika Serikat (AS) akan ada Pemilihan Umum (Pemilu). Menurunya masih belum diketahui apakah setelah Pemilu tersebut menjadi perang tarif babak baru antara AS dengan China. 

“Sebagai mana kita lihat pada pemerintahan tahun 2016, 2019, 2020 itu setiap terjadi penggunaan tarif dari AS terhadap barang-barang China itu biasanya diikuti oleh penguatan dolar, karena mata uang Tiongkok  itu terdevaluasi,” katanya. 

Menurut Helmi, ini menjadi risiko bagi negara-negara yang berkembang karena China merupakan jangkar bagi nilai tukar di negara-negara yang berkembang. 

Kemudian risiko ketiga, lanjut Helmi, mungkin yang harus diperhatikan adalah mengenai posisi investor asing adalah instrumen keuangan jangka pendek di Indonesia yang bisa berbalik ketika pengganti  suku bunga domestik itu bergerak turun.

Selain itu, posisi asing di pasar instrumen keuangan jangka pendek di Indonesia ini cukup signifikan, sehingga kalau itu berbalik bisa menetralisasi dampak positif dari arus modal masuknya sekarang mengalir ke pasar SBN.

“Sehingga secara keseluruhan perkiraan kami adalah bahwa kadar penurunan BI rate dalam siklus penurunan suku bunga kali ini yaitu hingga akhir 2025. Perkiraan kami adalah bahwa kadar penurunan BI Rate mungkin akan lebih lambat dari kadar penurunan suku bunga The Fed,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper