Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan nilai pembiayaan dan penyertaan modal ventura akan mencapai Rp18,18 triliun hingga akhir 2024. Proyeksi ini berdasarkan data rencana bisnis perusahaan modal ventura (PMV) untuk tahun ini.
Namun, hingga Juni 2024, pembiayaan dari industri modal ventura masih mengalami kontraksi sebesar 10,67% secara tahunan (year on year/yoy), dengan total pembiayaan tercatat sebesar Rp16,18 triliun. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, kontraksi tercatat sebesar 10,97% dengan nilai Rp16,22 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, menyatakan bahwa regulator telah menetapkan sejumlah aturan untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan modal ventura.
Salah satu langkah strategis yang diambil adalah penerbitan POJK Nomor 25 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Modal Ventura. Regulasi ini mengatur klasterisasi perusahaan modal ventura dan perusahaan modal ventura syariah, berdasarkan kegiatan usaha menjadi Venture Capital Corporation (VCC) dan Venture Debt Corporation (VDC).
“Dengan adanya klasterisasi tersebut, diharapkan perusahaan modal ventura maupun perusahaan modal ventura syariah dapat lebih fokus dan optimal dalam menjalankan kegiatan sesuai lini usaha yang dipilih,” kata Agusman dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Kamis (12/9/2024).
Selain itu, OJK juga telah meluncurkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Modal Ventura 2024–2028. Roadmap ini menjadi panduan bagi pengembangan dan penguatan industri modal ventura, termasuk upaya meningkatkan nilai penyertaan dan pembiayaan, baik untuk perusahaan modal ventura konvensional maupun syariah.
Baca Juga
Di sisi lain, industri modal ventura masih mengalami tekanan akibat fenomena tech winter. Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo), Eddi Danusaputro, menjelaskan bahwa kondisi penurunan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga sejalan dengan tren di Asia dan global.
"Sepertinya yang terjadi di Indonesia masih sejalan dengan tren global, di mana tech winter masih berlangsung," ujar Eddi pada Rabu (4/9/2024).
Menurut Eddi, kondisi tech winter ini akan berlanjut hingga suku bunga The Fed turun. Dalam situasi tersebut, perusahaan modal ventura cenderung lebih selektif dalam menyalurkan pendanaan.
"Setiap perusahaan ventura memiliki mandat sektoral yang berbeda-beda, tetapi secara industri, sektor yang diminati masih sama dengan 2023," tambahnya.