Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA (BBCA) Proyeksikan Margin Bunga (NIM) Capai 5,6% hingga Akhir Tahun

BCA (BBCA) memproyeksikan rasio NIM berada di kisaran 5,5%-5,6% hingga akhir tahun ini.
Pekerja beraktivitas di dekat logo milik PT Bank Central Asia Tbk di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Pekerja beraktivitas di dekat logo milik PT Bank Central Asia Tbk di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) memproyeksikan rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) berada di kisaran 5,5%-5,6% hingga akhir tahun.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan hingga semester I/2024, NIM BCA mencapai 5,7%. Hal ini, sejalan dengan peningkatan volume kredit, pergerakan suku bunga, dan cost of fund yang relatif terjaga. 

“Komposisi aktiva produktif BCA bergeser ke portofolio kredit yang memberikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan aktiva produktif lainnya,” katanya kepada Bisnis, Rabu (25/9/2024).

Sejauh ini, dirinya menyebut NIM BCA ditopang oleh peningkatan volume kredit dan pergerakan suku bunga pasar. NIM akan bergerak sejalan dengan permintaan kredit di pasar, serta pergerakan suku bunga dan kondisi likuiditas.

Lebih lanjut, Hera menuturkan dalam melihat profitabilitas suatu bank, NIM hanya merupakan salah satu komponen selain pendapatan nonbunga, biaya operasional, dan biaya provisi kredit. “Profitabilitas lembaga perbankan perlu dilihat secara keseluruhan,” ujarnya.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat NIM perbankan per Juli berada pada level 4,59%.

Capaian tersebut naik tipis dari Juni 2024 yang mencapai 4,57%. Meski begitu, capaian tersebut lebih rendah dari Juli 2024 yang berada pada level 4,84% dan posisi Desember 2023 pada level 4,81%

Sebelumnya, Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo mengatakan penurunan NIM secara umum dipengaruhi dari sisi aset, seperti ekspansi pembiayaan dan sisi liabilitas, yaitu source of fund.

Dia menyebut, NIM yang sempat mengalami penurunan sedikit banyak dipengaruhi suku bunga tinggi dan nilai tukar rupiah lemah - biaya dana meningkat dan ekspansi pembiayaan terhambat atau bahkan melambat.

Dia juga menuturkan bahwa penurunan suku bunga adalah salah satu faktor penggerak ekonomi. "NIM akan membaik jika bank sudah mampu melakukan ekspansi aset produktif dengan kualitas terjaga serta sumber dana yang mudah diakses dengan harga yang wajar," ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper