Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Nyaris Kembali ke Rp16.000, BI Rate Diperkirakan Bakal Tetap 6%

Gejolak nilai tukar rupiah yang bahkan sempat mencatatkan angka hampir Rp16.000 pada perdagangan akhir pekan lalu, menjadi alasan BI Rate akan ditahan di 6%.
Karyawan memperlihatkan Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (21/10/2024)./ JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (21/10/2024)./ JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Gejolak nilai tukar rupiah yang bahkan sempat mencatatkan angka hampir Rp16.000 pada perdagangan akhir pekan lalu, menjadi alasan BI Rate akan ditahan 6% pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia besok, Rabu (20/11/2024). 

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan atau BI Rate tetap di angka 6% demi menjaga stabilitas nilai tukar. 

Terlebih, arah kebijakan Amerika Serikat (AS) —usai terpilihnya Donald Trump menjadi presiden pengganti Joe Biden—penuh ketidakpastian. 

“BI Rate flat karena tekanan terhadap rupiah dan ketidakpastian arah kebijakan AS dapat menimbulkan inflasi AS dan mendorong penguatan dolar AS,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (19/11/2024). 

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan lalu, BI Rate ditahan di angka 6% usai pemangkasan 25 bps pada Agustus lalu. 

BI Rate yang mencapai level tertinggi di angka 6,25% setidaknya bertahan selama lima bulan atau sejak dinaikkan pada April 2024. 

Senada, Kepala Ekonom PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo juga melihat suku bunga milik bank sentral tersebut akan tetap, karena nilai tukar masih tertekan. 

Padahal, stabilisasi nilai tukar menjadi tujuan utama BI Rate ditahan pada RDG bulan lalu. 

Di samping itu, aliran modal asing terus mencatatkan outflow sepanjang bulan ini yang sejalan dengan ketidakpastian di pasar keuangan global, baik dari sisi konflik maupun Pilpres AS. 

Pada pekan pertama November 2024 atau berdasarkan data transaksi 4 – 7 November 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp10,23 triliun. Sementara data transaksi 11 – 14 November 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp7,42 triliun. 

Meski demikian, Banjaran masih optimistis bahwa Bank Indonesia akan melakukan pemangkasan sekali lagi pada tahun ini.

“Saya masih yakin akan turun tahun ini mengingat perlu BI kirim pesan juga ke market bahwa sudah di bawah 2023 melanjutkan pro growth policy,” ujarnya. 

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo tetap mencermati ruang penurunan suku bunga BI Rate dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi, nilai tukar rupiah, serta pertumbuhan ekonomi. 

Untuk pemangkasan selanjutnya, Perry meminta berbagai pihak untuk bersabar. Dirinya juga enggan untuk menyampaikan besaran dan kapan waktu pemangkasan BI Rate selanjutnya. 

"[Untuk saat ini] sabar, arahnya memang kami masih melihat ruang penurunan suku bunga ke depan, masalah timing dan magnitude, kami akan mengukur data independen," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper