Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Diramal Tetap 6%, Imbas Rupiah Tertahan di Rp16.200-an

BI Rate diramal akan tetap bertengger di angka 6% akibat rupiah yang masih tertahan di level Rp16.200-an per dolar AS hingga pertengahan Januari 2025.
Pekerja melintas dekat logo Bank Indonesia di Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pekerja melintas dekat logo Bank Indonesia di Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Suku bunga acuan BI Rate diramal akan tetap bertengger di angka 6% akibat rupiah yang masih tertahan di level Rp16.200-an per dolar AS hingga pertengahan Januari 2025. 

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede memperkirakan BI akan mempertimbangkan kondisi risk-off sentiment di pasar keuangan global yang berpotensi mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah dalam memutuskan BI Rate.

“Kebijakan mempertahankan suku bunga BI Rate juga mempertimbangkan terkendalinya inflasi barang impor akibat pelemahan nilai tukar rupiah,” ujarnya, Selasa (14/1/2025).

Pada perdagangan pagi hari tadi, rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.272,5 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Meski demikian, pergerakan rupiah sejak RDG Desember 2024 justru semakin melemah walaupun bank sentral telah menahan BI Rate sebesar 6% untuk ketiga kalinya.

Josua menyebutkan bahwa nasib rupiah dalam jangka pendek pun masih akan bergantung pada kebijakan mendatang dari Donald Trump.

Lebih lanjut, Josua menjelaskan pada dasarnya kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahan Donald Trump turut mendorong penguatan dolar AS. Bahkan hingga awal 2025 ini indeks dolar (DXY) sudah menembus level 110. 

Penguatan dolar AS tersebut juga diikuti dengan tren kenaikan imbal hasil US Treasury yang masih berlanjut hingga awal 2025 ke level 4,78%. 

Sementara rupiah yang masih bertengger di atas Rp16.000 per dolar AS mencerminkan tantangan ekonomi global dan domestik. 

Utamanya pelemahan tersebut disebabkan oleh penguatan dolar AS akibat kebijakan moneter yang cenderung hawkish oleh The Fed meskipun ada penurunan suku bunga. Pasar tetap memandang dolar sebagai aset aman di tengah ketidakpastian global.

Rupiah juga terpengaruh oleh penurunan minat investor asing terhadap Surat Berharga Negara (SRBI) pada bulan Desember yang lalu dan faktor ketidakpastian politik global, seperti kebijakan baru AS.

Meski demikian, masih tercatat investor asing melakukan aksi beli di pasar saham sekitar US$ 181,3 juta, di pasar SBN senilai US$248,8 juta dan kepemilikan investor asing pada SRBI juga meningkat US$95,22 juta selama awal 2025 ini.

Di samping itu, tren cadangan devisa mencatatkan kenaikan dan mencapai rekor baru dengan nilai US$155,7 miliar. Kondisi tersebut memberikan ruang tambahan bagi Bank Indonesia untuk intervensi di pasar valas.

Meski BI dapat lega dengan pasokan devisa tersebut, namun Josua melihat masih ada tantangan. Di mana intervensi yang terlalu agresif dapat menjadi mahal dan mengurangi fleksibilitas BI dalam menjaga stabilitas likuiditas domestik. Apalagi, spread suku bunga riil yang tinggi di Indonesia menunjukkan fokus untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

“Dalam jangka pendek, penguatan dolar AS dan sentimen global dapat terus memberikan tekanan pada rupiah,” jelasnya.

Sementara memperhatikan langkah The Fed yang telah memotong Fed Fund Rate (FFR) sebesar 100bps hingga 4,25–4,50% sepanjang tahun lalu, untuk 2025 justru pemangkasan diproyeksi hanya sebesar 50bps.

Kondisi pasar tenaga kerja AS yang cenderung ketat sementara ekspektasi inflasi AS cenderung tetap tinggi khususnya mempertimbangkan dampak kebijakan AS kedepannya di bawah pimpinan Donald Trump mempersempit ruang pemangkasan Fed Fund Rate.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky melihat meski ruang pemangkasan FFR oleh The Fed dipersempit, rupiah menjadi kunci akan ruang pemangkasan BI Rate ke depan.

"Ruang pemangkasan BI Rate belum tentu menyempit pada 2025, lagi-lagi nanti tergantung pergerakan rupiah,” tuturnya, Selasa (14/1/2025).

Adapun hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang akan diumumkan besok, Rabu (15/1/2025) mulai pukul 14.00 WIB. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper