Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan penyaluran kredit perbankan pada kuartal I/2025 diperkirakan tidak banyak berubah atau sama ketat dibandingkan dengan tiga bulan terakhir pada tahun lalu.
Laporan Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) menyatakan hal tersebut tercermin dari indeks lending standard (ILS) kuartal I/2025 yang bernilai positif sebesar 0,2.
Sebagai informasi, ILS menggunakan Saldo Bersih Tertimbang berdasarkan bobot kredit responden terhadap total kredit responden dan bobot jawaban Lebih Ketat (1), Sedikit Lebih Ketat (0,5), Tidak Berubah (0), Sedikit Lebih Longgar (-0,5), Lebih Longgar (-1).
"Berdasarkan jenis kredit, standar penyaluran kredit yang diprakirakan lebih ketat terjadi pada jenis kredit investasi," tulis Bank Indonesia dalam laporannya pada Senin (20/1/2025).
Sementara, jenis kredit lainnya, yaitu kredit modal kerja, KPR/KPA, kredit konsumsi lainnya, dan kredit UMKM, terindikasi tidak lebih ketat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Dilihat berdasarkan aspek kebijakan, penyaluran kredit yang diprediksi lebih ketat antara lain plafon kredit, suku bunga kredit, dan premi kredit berisiko.
Adapun, dalam survei yang sama, BI melaporkan penyaluran kredit baru pada 3 bulan pertama 2025 diperkirakan tetap kuat meski melambat dibandingkan kuartal IV/2024.
Hal ini terindikasi dari prakiraan penyaluran kredit baru kuartal I/2025 sebesar SBT 82,3%, lebih rendah dibandingkan SBT 97,9% pada kuartal sebelumnya.
"Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru pada triwulan I 2025 masih sama dengan periode-periode sebelumnya, yaitu kredit modal kerja diikuti kredit investasi dan kredit konsumsi," ungkap BI.
Pada kredit konsumsi, penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/ Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) masih menjadi prioritas utama diikuti Kredit Multiguna dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).
Berdasarkan sektor, prioritas utama penyaluran kredit baru pada triwulan I/2025 adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran diikuti Sektor Industri Pengolahan serta Sektor Perantara Keuangan.
Untuk kredit hingga akhir tahun, responden survei memprediksi outstanding tumbuh sebesar 10,34% YoY. Angka ini tak banyak berubah dari realisasi pertumbuhan kredit pada 2024 yang mencapai 10,39% YoY.