Bisnis.com, JAKARTA – PT Permodalan Nasional Madani (PNM) semakin mempertegas perannya sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dimandat pemerintah melakukan pemberdayaan segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Arief Mulyadi, Direktur Utama PNM mangatakan saat ini ada total 15,4 juta nasabah PNM yang aktif dan menjangkau hampir seluruh wilayah di Indonesia.
"Total per hari ini ada 15,4 juta nasabah yang aktif. Dan ini masuk tahun kesepuluh program Mekaar, dan kami anggap PNM transformasi besar kami adalah masuk ke segmen unltra mikro, segmen unbankable bahkan segmen yang invisible karena mereka baru mulai, baru mau berani usaha," kata Arief dalam acara Buka Puasa Bersama Media di Menara PNM, Jakarta Selatan, Selasa (18/3/2025).
PNM Mekaar merupakan layanan pinjaman modal untuk perempuan prasejahtera pelaku UMKM yang diluncurkan pada 2015. Layanan PM Mekaar difokuskan kepada perempuan pelaku usaha mikro dengan kondisi keluarga yang memiliki indeks pendapatan per kapita maksimal US$1,99 per hari atau Rp800.000 per bulan serta memenuhi indeks rumah atau cashpoor index house.
Arief memetakan, sebesar 15,4 juta nasabah Mekkar tersebut dikelompokkan dalam 890.000 kelompok dan telah hadir di 6.165 kecamatan dari sekitar total 7.500 kecamatan di Indonesia. Nasabah tersebut dijangkau di 452 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia yang tersebar di 36 provinsi di Indonesia.
"Jadi belum Indonesia, tapi minimal merepresentasikan Indonesia. Karena kalau saya hitung kalau jumlah penduduk Indonesia 284 juta, perempuannya misalkan 150 juta, berarti 1 dari 10 perempuan di Indonesia adalah nasabah PNM Mekaar. Ini meningkatkan kepercayaan diri kami. Dengan didukung seluruh stakeholders, ada sesuatu yang kita lakukan dari ekosistem ini," kata Arief.
Baca Juga
Fokus dan prioritas PNM, kata Arief, adalah mewujudkan ketahanan dan kemandirian ekonomi masyarakat kecil, terutama mereka yang terjebak di miskin ekstrem. Hal tersebut PNM lakukan konsisten dalam sembilan tahun terakhir sejak program Mekaar dirilis.
Arief mencatat pada 2023, dari 14,8 juta nasabah program PMN ini ada sebanyak 4,4 juta nasabah yang masuk dalam kategori miskin ekstrem. Kata Arief, segmentasi masyarakat ini tidak hanya masih unbankable, bahkan mereka tergolong invisible alias tak terjangkau oleh layanan pembiayaan.
"Kesimpulan kami, kami hanya baru bisa membantu bagaimana mereka survive untuk hidup. Zaman dulu, masyarakat di pedesaan tidak punya pendapatan tapi mereka tidak punya kewajiban untuk biaya hidupnya. Mau makan tinggal petik, tinggal pancing, mandi masak dan sebagainya tinggal ambil dari sungai bersih. Sekarang semua ada ongkosnya. Kalau pendapatan tidak bantu, mereka jatuh dalam miskin ekstrem. Makannya fokus kami di miskin ekstrem," tegasnya.