Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minat Pasar akan Asuransi Pendidikan Kian Melambung seiring Melejitnya Biaya Edukasi

Asuransi pendidikan menjadi proteksi paling banyak dipilih masyarakat, baik mereka yang sudah maupun belum memiliki produk asuransi.
Ilustrasi asuransi pendidikan / dok. Freepik
Ilustrasi asuransi pendidikan / dok. Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Biaya pendidikan di Indonesia yang makin tinggi dibarengi dengan naiknya pamor asuransi pendidikan. Berdasarkan riset yang dipublikasikan lembaga riset IFG Progress pada Maret 2025, asuransi pendidikan semakin diminati masyarakat Indonesia.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penetrasi asuransi non wajib dan sosial tertinggi adalah produk asuransi kesehatan (62%) dan asuransi jiwa (36%). Menariknya, dari responden yang telah memiliki asuransi dan berencana untuk membeli asuransi tambahan, asuransi pendidikan menjadi asuransi yang mendapatkan minat terbesar (23,4%), selain asuransi jiwa (22,2%).

Dijelaskan dalam hasil riset tersebut, bahwa alasan rencana pembelian asuransi pendidikan ini didominasi oleh keinginan untuk mendapatkan perlindungan tambahan (46,2%), sehingga menegaskan adanya dorongan dari dalam individu untuk membeli asuransi (internal factor).

Sementara itu, responden yang belum memiliki asuransi memiliki kebutuhan perlindungan tertinggi pada pendidikan di masa depan (67,2%) dan biaya kesehatan (66,2%). Hasil riset tersebut menyatakan bahwa jenis asuransi yang dipertimbangkan untuk dimiliki di masa depan yang juga didominasi oleh asuransi pendidikan (50%), disusul asuransi jiwa (46,5%) dan asuransi kesehatan (41,2%).

Ditinjau dari segi segmentasi peminat, probabilitas kepemilikan asuransi pendidikan lebih tinggi pada individu yang telah menikah dan memiliki anggota rumah tangga setidaknya tiga orang. Hal ini mengindikasikan adanya kebutuhan atas asuransi pendidikan pada kelompok tersebut.

CEO & President Director PT MSIG Life Tbk. (LIFE) Wianto Chen mengatakan adanya sentimen positif pasar terhadap minat asuransi pendidikan tersebut tidak lepas dari kondisi bahwa inflasi pendidikan di Indonesia lebih tinggi dari inflasi umum.

"Kenaikan biaya pendidikan, terutama pendidikan tinggi yang lebih besar dibanding inflasi nasional mendorong kebutuhan perencanaan jangka panjang. Kenaikan biaya pendidikan tidak bisa diimbangi dengan return investasi, sehingga orang tua harus menyisihkan sejak awal (sejak anak lahir) dan memiliki waktu cukup untuk mengembangkan dananya," kata Wianto kepada Bisnis, dikutip pada Sabtu (12/4/2025).

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa inflasi umum per Maret 2025 tercatat sebesar 1,03% (year on year/YoY). Bila dibedah berdasarkan kelompok, inflasi pendidikan pada periode tersebut lebih besar dari inflasi nasional, yakni mencapai 1,89% YoY dan memberikan andil inflasi umum sebesar 0,11%.

Secara tren, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk biaya pendidikan di Indonesia cenderung meningkat selama sedekade terakhir. Peningkatan tertinggi tercatat pada 2021 sebesar 27,5%, sedangkan penurunan terdalam pada 2022 sebesar 19,6%.

Dari data terbaru yang dirilis BPS, rata-rata pengeluaran per kapita untuk biaya pendidikan di Indonesia sebesar Rp41.372 per bulan pada periode 2023. Nilai tersebut meningkat 10,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp37.361 per bulan. 

Melihat adanya sentimen positif pasar terhadap minat produk asuransi pendidikan saat biaya pendidikan di Indonesia terus melambung, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Iwan Pasila mengatakan hal tersebut bisa menjadi modal kuat buat perusahaan asuransi menjawab tingginya minat pasar.

Dengan begitu, OJK berharap industri meresponsnya dengan merancang produk asransi pendidikan sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat.

"Perlu dipahami lebih jauh fitur manfaat yang dimaksud, apakah manfaat dana pada saat mencapai usia anak tertentu, persiapan jiwa orang tua tidak mampu karena kondisi kesehatan atau yang lain. Fitur-fitur ini tentu akan menentukan risiko yang akan dijamin dan bagaimana memitigasi risiko tersebut," kata Iwan kepada Bisnis, Kamis (27/3/2025).

Tidak kalah penting, Iwan mengingatkan perusahaan asuransi untuk menyiapkan strategi investasi mereka guna memastikan dapat memenuhi kewajiban perlindungan manfaat ketika dicairkan.

"Perusahaan asuransi perlu meneliti ketersediaan jenis investasi yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari fitur produk yang ada," tegasnya.

Selanjutnya: Produk Asuransi Pendidikan Pilihan

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper