Bisnis.com, KUALA LUMPUR — CIMB Group berencana memperkuat ekspansi bisnis perbankan syariah di Indonesia seiring dengan potensi pertumbuhan pasar. Perusahaan yang berpusat di Malaysia ini pun membuka peluang untuk melakukan akuisisi ke depannya.
CEO CIMB Group Holdings Bhd. Novan Amirudin menyampaikan Indonesia merupakan salah satu pilar utama CIMB Group dengan kontribusi bisnis sekitar 25%. Saat ini, PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) juga menjadi bank terbesar kelima di Indonesia.
“Salah satu potensi pengembangan pasar Indonesia yang menarik ialah perbankan syariah,” ujarnya dalam acara CIMB Group Media Day 2025 Advancing in ASEAN, Senin (21/7/2025).
Menurut Novan, penetrasi perbankan syariah saat ini di Indonesia baru sekitar 8% meskipun menjadi negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Jika dibandingkan dengan Malaysia, cakupan perbankan syariah telah mencapai 50%.
Banyak produk dan inovasi yang dilakukan CIMB Group dalam memperkuat bisnis perbankan syariah di Malaysia. Pengalaman tersebut dapat dibawa ke Indonesia untuk meningkatkan penetrasi perbankan syariah, yang tentunya disesuaikan dengan budaya hingga kebutuhan konsumen setempat.
“Ada banyak pelajaran yang telah kami dapatkan dari pengalaman di Malaysia, dan kami ingin memadukan itu dengan nuansa lokal dalam menjalankan bisnis di Indonesia, dari segi sudut pandang, budaya, hingga kebutuhan yang berbeda,” ujarnya.
Baca Juga
Novan Amirudin menyampaikan CIMB Group melalui BNGA sedang dalam proses memisahkan (spin-off) unit bisnis syariah. Entitas bisnis tersebut akan menjadi bank syariah terbesar kedua di Indonesia, setelah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
Menurutnya pertumbuhan BSI yang berasal dari penggabungan unit usaha syariah (UUS) tiga bank BUMN terbilang positif. Potensi yang cukup besar ini bisa dimanfaatkan bisnis syariah CIMB Niaga.
Untuk pengembangan pasar di Indonesia, CIMB juga membuka peluang ekspansi anorganik, dalam hal ini merger dan akuisisi jika semua faktor mendukung. Novan menyampaikan faktor-faktor tersebut mencakup harga yang tepat, syarat yang baik, dan hasil yang saling menguntungkan.
“Jadi, kami selalu terbuka untuk mempertimbangkan opsi-opsi [merger dan akuisisi] tersebut. Namun, hal itu tidak akan mengalihkan fokus utama kami, yaitu ekspansi organik,” imbuhnya.
Novan menyampaikan dalam melakukan ekspansi, CIMB Group akan berfokus pada kerangka Forward30 yang diluncurkan pada Maret 2025. Melalui Forward30, CIMB Group bertujuan untuk terus memperkuat posisi sebagai bank terdepan di Asean
Forward30 adalah peta jalan strategis 6 tahun yang dirancang untuk mempercepat pertumbuhan dan mempersiapkan organisasi menghadapi masa depan, sekaligus memperkuat tujuan utamanya dalam memajukan nasabah dan masyarakat.
Sebagai informasi, CIMB Niaga telah melaksanakan RUPSLB untuk meminta persetujuan aksi spin-off UUS pada 26 Juni 2025. Dari sisi kinerja, total aset UUS CIMB Niaga telah mencapai Rp67,5 triliun, atau setara dengan 19,3% dari total aset induk pada 2024.
Tanggal efektif berlakunya pemisahan terhitung sejak PT Bank CIMB Niaga Syariah melakukan kegiatan usahanya, yakni pada 4 Mei 2026 atau tanggal lain tunduk pada tanggal efektif pemisahan.
CIMB Niaga pun mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) sehubungan dengan rencana pemisahan atau spin-off unit usaha syariahnya. Perseroan akan membeli dari pemegang saham dengan harga Rp1.699 per saham.