Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat transaksi bank emas alias bullion bank mencapai Rp1 triliun sejak diluncurkan Februari 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pihaknya tetap menyambut baik bank yang akan mengajukan permohonan izin. Apalagi saat ini dalam catatan OJK terdapat 17 bank di kategori Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) III dan IV.
Namun demikian, Dian menegaskan bank yang ingin memperoleh izin harus memenuhi persyaratan dan evaluasi oleh OJK.
"Kegiatan usaha perbankan yang terkait dengan bank emas itu sudah mencapai hampir Rp1 triliun dalam waktu yang sangat singkat sehingga ke depan potensi untuk apa namanya bisnis untuk perbankan yang terkait dengan bank emas sangat baik," kata Dian dalam RDKB OJK, Jumat (11/4/2025).
OJK menyebut pihaknya akan mengumumkan lebih lanjut beberapa bank yang akan segera siap untuk ikut. Dian optimistis keterlibatan perbankan dengan bullion, yang memiliki potensi sangat besar ke depannya.
Dian menilai Indonesia itu memiliki potensi untuk memanfaatkan komunitas emas dan pengembangan ekosistem bulion yang terintegrasi. Menurut data yang diberikan oleh OJK, pada 2023 Indonesia berada di posisi ke delapan penghasil emas terbesar dan produksi mencapau 110 sampai dengan 160 ton
Baca Juga
"Dengan jumlah cadangan yang besar dan produksi emas yang solid, Indonesia dapat mengoptimalkan monetasi emas untuk mendorong perekonomian nasional yaitu melalui pembentukan kegiatan usaha bullion ini," sebut Dian.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto sebelumnya mengatakan peluncuran layanan bank emas yang dilakukan Indonesia belum lama ini dinilai tepat waktu seiring dengan lonjakan harga logam mulia yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump.
Dia menjelaskan pengumuman tarif Trump langsung memicu pelemahan harga mayoritas komoditas global.
"Penurunan itu disebabkan oleh kekhawatiran pasar terkait penurunan permintaan global dan disrupsi rantai pasok dunia," katanya dalam acara Sarasehan Ekonomi Nasional di Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Dia menilai Indonesia sudah tepat waktu dalam meluncurkan layanan bank emas pada akhir Februari 2025 lalu. Hal tersebut mengingat status emas sebagai aset safe haven selain dolar AS.
"Jadi Pak Presiden launching bullion bank itu tepat waktu, karena ini [emas] menjadi komoditas yang recession proof. Aset safe haven itu ada dua, dolar AS dan emas, dan kita punya emas, sehingga kita punya daya tahan yang kuat," ujarnya.
View this post on Instagram