Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menilai Bank Indonesia (BI) harus proaktif dalam memperkuat cadangan emas nasional. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil emas terbesar di dunia.
Misbakhun menyampaikan alih-alih memperkuat sistem cadangan emas nasional, bank sentral itu justru lebih mengandalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dalam operasi moneternya.
“Saya sampaikan ke BI, kenapa BI dalam setiap operasi moneter lebih sering memainkan SRBI daripada memperkuat sistem cadangan emasnya,” kata Misbakhun dalam sambutannya pada agenda Indef di Universitas Paramadina, Jakarta Selatan, Selasa (5/8/2025).
Dia lantas membandingkan BI dengan bank sentral Turki. Misbakhun mengungkap bahwa bank sentral Turki turut mengelola emas sebagai cadangan aktif. Turki bahkan menjadi satu-satunya negara yang memiliki penjaminan untuk simpanan emas.
“Bullion system kita, bank sentral yang seharusnya memberikan peran aktif justru makin lama meninggalkan sistem emas,” ungkapnya.
Dia mengatakan sistem bullion akan sangat penting ke depannya. Untuk itu, dia mengusulkan agar pemerintah dapat melarang ekspor emas.
Baca Juga
Misbakhun menyebutkan dari PT Freeport Indonesia (PTFI) saja, Indonesia mampu menghasilkan 64 ton emas per tahun. Belum lagi, dari tambang-tambang lainnya seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN).
Jika produksi emas nasional dapat mencapai 200 ton per tahun dan pemerintah menutup keran ekspor komoditas ini, Misbakhun menilai cadangan emas Indonesia akan semakin kuat.
“Bagi Bank Indonesia, bagi bank sentral, menyerap itu sebagai cadangan emas Indonesia sangat mungkin. Inilah peluang-peluang yang harusnya dibuka ke depan,” tuturnya.
Sejalan dengan itu, pemerintah juga perlu menyiapkan sistem kustodian penyimpanan emas yang kuat. Dengan begitu, Indonesia dapat mengikuti jejak London Bullion Metal Association (LBMA) dan Chicago Mercantile Association (CME) yang dapat memperdagangkan emas dari seluruh dunia.