Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AAUI Ramal Industri Asuransi Digital Tumbuh Positif Tahun Ini

Prospek positif asuransi digital sejalan dengan perkembangan teknologi yang pesat dan perubahan kebutuhan konsumen yang semakin mengarah ke layanan digital.
Karyawati beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi umum di Jakarta, Rabu (24/7/2024). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi umum di Jakarta, Rabu (24/7/2024). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memproyeksikan industri asuransi digital di Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang cukup baik sepanjang tahun ini. 

Pada Juni 2024, AAUI mencatat persentase distribusi premi dari digital hanya mencapai 0,8%. Angka tersebut menurun apabila dibandingkan 2,3% pada Juni 2023. 

Ketua Umum AAUI, Budi Herawan, mengatakan bahwa prospek positif ini sejalan dengan perkembangan teknologi yang pesat dan perubahan kebutuhan konsumen yang semakin mengarah ke layanan digital.

“AAUI memandang bahwa industri asuransi digital di Indonesia memiliki prospek yang cukup baik pada tahun ini, sejalan dengan perkembangan teknologi dan perubahan kebutuhan konsumen. Digitalisasi di sektor asuransi lebih diarahkan untuk mendorong inovasi produk dan layanan, meningkatkan aksesibilitas, serta memperbaiki efisiensi proses bisnis,” kata Budi saat dihubungi Bisnis pada Sabtu (3/5/2025). 

Meski demikian, dia menegaskan bahwa pertumbuhan sektor tersebut tetap perlu dicermati dengan mempertimbangkan kesiapan industri, regulasi yang mendukung, serta tingkat literasi masyarakat yang masih harus ditingkatkan. Budi juga menyoroti bahwa strategi digitalisasi di industri asuransi tak bisa disamaratakan antara segmen corporate dan segmen retail/individual. 

Untuk segmen korporat, lanjut dia, pemanfaatan teknologi lebih berfokus pada efisiensi proses administrasi dan pelaporan, sedangkan untuk segmen retail atau retainer, tantangannya lebih kompleks karena melibatkan edukasi, pendekatan berbasis kebutuhan, dan pelayanan berkelanjutan. Dia menambahkan bahwa pengembangan asuransi digital untuk segmen retail memerlukan integrasi platform, distribusi digital yang efektif, serta proses klaim yang cepat dan mudah. 

“Hal ini memerlukan dukungan regulasi yang lebih konkret guna menciptakan ekosistem yang kondusif bagi penetrasi asuransi ke masyarakat luas melalui jalur digital,” katanya.

AAUI juga mencatat sejumlah sektor yang diyakini bakal menjadi pendorong utama pertumbuhan asuransi digital tahun ini. Di antaranya adalah asuransi mikro dan produk-produk asuransi berbasis kebutuhan spesifik seperti asuransi perjalanan, gadget, serta barang konsumsi yang dibeli melalui platform e-commerce. 

Selain itu, asuransi kendaraan bermotor dan asuransi kesehatan yang terintegrasi dengan layanan kesehatan digital juga diperkirakan akan tumbuh signifikan.

“Selain itu, segmen UMKM berbasis digital juga diperkirakan akan menjadi salah satu pendorong permintaan asuransi berbasis platform,” tambah Budi.

Meski peluang terbuka lebar, Budi mengakui ada sejumlah tantangan besar dalam memperluas adopsi asuransi digital di tanah air. Adapun tantangan yang dihadapi dalam memperluas adopsi digital meliputi tingkat literasi asuransi digital yang masih perlu ditingkatkan, perlunya kesiapan infrastruktur teknologi, termasuk dalam keamanan data dan interoperabilitas sistem, serta investasi yang diperlukan untuk membangun dan mengembangkan platform digital.

Untuk itu, AAUI terus mendukung anggotanya melalui berbagai program antara lain penguatan kapasitas di bidang digitalisasi, edukasi pasar, serta advokasi regulasi untuk menciptakan kerangka kerja yang mendukung inovasi produk dan layanan berbasis teknologi. AAUI juga aktif berkolaborasi dengan regulator dan pelaku industri untuk mendorong inovasi teknologi.

“AAUI terus membangun kolaborasi dengan OJK, kementerian terkait, dan para pelaku industri untuk mempercepat transformasi digital yang fokus pada inovasi produk dan layanan,” kata Budi.

Budi menyebut pihaknya terlibat dalam berbagai inisiatif digital, termasuk sandbox inovasi yang bertujuan memperluas akses asuransi ke segmen masyarakat yang lebih luas. Selain itu, mendorong pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, mempercepat proses klaim, serta memperluas akses proteksi ke segmen masyarakat yang lebih luas. 

Namun demikian, Budi mengingatkan bahwa masih ada produk asuransi dengan risiko tinggi yang belum sepenuhnya bisa ditanggung di dalam negeri. Dalam konteks ini, lanjut dia, penempatan reasuransi ke luar negeri masih menjadi kebutuhan agar industri tetap mampu memberikan perlindungan terhadap risiko-risiko besar tersebut. 

“Oleh karena itu, penguatan digitalisasi juga dapat berperan dalam mendukung transparansi, analisis data risiko, serta mempercepat proses penempatan dan pengelolaan reasuransi secara lebih efisien dan terukur,” pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper