Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Investasi ETF Emas dalam Konsep Life-Cycled Funds Dana Pensiun

Tahun ini produk investasi exchange traded fund (ETF) emas rencananya akan dirilis pemerintah dan bisa menjadi pilihan bagi dana pensiun.
Karyawan memperlihatkan logam mulia Antam di Jakarta, Selasa (20/5/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan memperlihatkan logam mulia Antam di Jakarta, Selasa (20/5/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Regulator direncanakan akan memberikan izin exchange traded fund (ETF) emas pada akhir tahun ini. Instrumen investasi ini bisa menjadi pilihan perusahaan dana pensiun dalam melakukan strategi investasi dengan pendekatan durasi masa kerja peserta atau life-cycled funds.

ETF emas adalah instrumen investasi yang berfungsi sebagai reksa dana yang diperdagangkan di bursa saham, tetapi isinya berfokus pada aset emas. Harga produk ini mengikuti pergerakan harga emas di pasar.

Direktur Utama Dapen BCA Budi Sutrisno menjelaskan dalam pendekatan life-cycled funds, alokasi aset dana pensiun disesuaikan dengan usia atau tahap kehidupan peserta dana pensiun.

"ETF emas dapat dipertimbangkan pada tahap menjelang pensiun. Sebagai instrumen yang relatif stabil, ETF emas dapat digunakan untuk mengurangi risiko portofolio saat peserta mendekati masa pensiun," kata Budi kepada Bisnis, Senin (26/5/2025).

Selain itu, Budi menilai ETF emas juga dapat dijadikan pilihan investasi ketika peserta memasuki masa pensiun.

"Untuk mempertahankan nilai aset dan melindungi daya beli terhadap inflasi, ETF emas dapat menjadi bagian dari portofolio konservatif," jelasnya.

Adapun saat ini, penempatan investasi industri dana pensiun sukarela terkonsentrasi pada Surat Berharga Negara (SBN).

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan Maret 2025 total investasi dana pensiun sukarela tercatat sebesar Rp371,40 triliun, atau tumbuh 2,85% year on year (YoY) dibanding per Maret 2024 sebesar Rp361,11 triliun.

Instrumen investasi terbesar dana pensiun adalah pada SBN dengan porsi 37,39%, kemudian pada deposito dengan porsi 23,84%, dan obligasi/sukuk dengan porsi 17,36%.

Sementara itu, untuk instrumen saham porsinya masih sebesar 5,97% dari total investasi industri dana pensiun.

Sama seperti tren industri, Budi menjabarkan mayoritas penempatan investasi Dapen BCA saat ini juga pada SBN.

"Per Maret 2025, total aset Dapen BCA mencapai Rp5,89 triliun, mengalami peningkatan sebesar 1,93% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Instrumen investasi terbesar posisi Maret 2025 adalah SBN dengan porsi sebesar 37,92% dari total portofolio," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper