Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Izinkan Bank Tarik Utang Luar Negeri Lebih Banyak, per April 2025 Sudah Rp554,25 Triliun

Bank Indonesia mendorong perbankan untuk mendapatkan pendanaan dari utang luar negeri lebih banyak dalam rangka meningkatkan penyaluran kredi.
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mendorong perbankan untuk mendapatkan pendanaan dari utang luar negeri (ULN) lebih banyak dalam rangka meningkatkan penyaluran kredit, seiring dengan sumber dana domestik yang terbatas.

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) Bank Indonesia (BI) Solikin M. Juhro menyampaikan keterbatasan tersebut menjadi tantangan sekaligus alasan bank sentral meningkatkan Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN) dari maksimum 30% menjadi 35% dari modal bank.

“Tantangan itu harus kita atasi dengan berbagai kebijakan. Kalau begitu, kita perkuat likuiditasnya, kita perkuat juga kemampuan dia untuk memperoleh funding,” tuturnya dalam Taklimat Media di Gedung Thamrin BI, Senin (26/5/2025).

Dengan demikian, perbankan dapat menarik utang luar negeri lebih banyak bagi mereka yang kalah saing dalam perebutan DPK biasa maupun DPK special rate.

Solikin menjelaskan pada dasarnya opsi pengambilan pinjaman luar negeri bukan barang baru dan umum dilakukan oleh perbankan.

Biasanya, pinjaman yang diambil memiliki jangka waktu satu sampai tiga tahun untuk mendukung likuiditas jangka pendek dalam rangka mismatch kebutuhan pendanaan kredit.

Selain itu, pinjaman dipilih karena ketersediaan pendanaan cenderung stabil dan pricing pinjaman lebih kompetitif.

Bukan hanya RPLN, terdapat juga kebijakan pelonggaran likuiditas dengan penurunan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 100 bps dari 5% menjadi 4% untuk Bank Umum Konvensional (BUK), dengan fleksibilitas repo sebesar 4%, dan rasio PLM syariah sebesar 100 bps dari 3,5% menjadi 2,5% untuk Bank Umum Syariah (BUS).

Solikin memperhitungkan dengan penurunan 1% PLM dapat memberikan ruang Rp78,45 triliun tambahan fleksibilitas yang dapat bank gunakan untuk menyalurkan kredit.

Lantas, berapa posisi terkini utang luar negeri milik perbankan?

Mengacu buku Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) edisi Mei 2025 yang menjelaskan posisi sampai dengan akhir Maret, secara umum ULN swasta —termasuk bank— mengalami tren penurunan sejak September 2024.

Bila ditelisik lebih lanjut, nyatanya utang luar negeri bank stabil dan penurunan tersebut lebih diakibatkan oleh ULN perusahaan bukan lembaga keuangan.

Per Maret 2025, ULN bank tercatat senilai US$33,46 miliar atau setara dengan Rp554,25 triliun (kurs JISDOR akhir Maret 2025 Rp16.566 per dolar AS) dari total ULN Indonesia yang mencapai US$195,5 miliar atau senilai Rp3.238,7 triliun.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper